REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah secara konsisten menjaga inflasi berada kisaran dua persen sampai empat persen pada tahun ini. Hal ini untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional di tengah potensi risiko inflasi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia bekerja sama secara baik, sehingga Indonesia menjadi negara yang sukses menurunkan inflasi.
“Indonesia termasuk yang sukses menurunkan inflasi tanpa membuat ekonominya harus redup karena suku bunganya naik terlalu ekstrem. Ini karena fiskal dan moneter, pemerintah dan bank sentral bekerja sama secara baik,” ujarnya dalam keterangan tulis, Sabtu (3/6/2023).
Menurutnya, terdapat beberapa langkah strategis yang dilakukan untuk menjaga inflasi melalui penguatan koordinasi tingkat pusat dan daerah, seperti memperkuat koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional.
“Pengendalian inflasi menjadi salah satu kebijakan jangka pendek yang ditujukan untuk membangun pijakan yang kokoh dalam mewujudkan agenda pembangunan dan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Menurutnya pemerintah, baik pusat dan daerah, serta Bank Indonesia perlu berkolaborasi dalam menjaga stabilitas harga serta memastikan kelancaran distribusi dan pasokan komoditas esensial. Dari sisi lain, pemerintah dan Bank Indonesia perlu menjaga inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah dan inflasi komponen harga pangan bergejolak utamanya pada masa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) sehingga pada akhir tahun berada dalam kisaran tiga persen sampai lima persen.
Maka itu, Indonesia tidak selalu menggunakan kebijakan moneter dalam menangani inflasi, sehingga Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga setinggi dan seekstrem bank sentral negara lain. "Tetapi inflasi Indonesia tetap turun. Karena apa? Karena kita menangani dari sisi pemerintah, sisi volatile food, dan administered price,” ucapnya.