Sabtu 18 Mar 2023 21:28 WIB

AS akan Bantu Indonesia Kembangkan Proyek Pembangkit Nuklir

AS mendukung minat Indonesia menggunakan teknologi reaktor modular kecil.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Foto: AP/Hiroko Harima/Kyodo News
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) akan membantu Indonesia mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebagai sumber energi bersih. Washington mendukung minat Indonesia menggunakan teknologi reaktor modular kecil atau small modular reactor (SMR) guna memenuhi keamanan energi dan tujuan iklim.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y Kim, Wakil Asisten Kepala Departemen Luar Negeri AS Ann Ganzer, serta Badan Perdagangan dan Pembangunan AS (USTDA) telah secara resmi mengumumkan Memorandum of Agreement dan hibah afiliasi serta penandatanganan kontrak sebagai hasil kerja di bawah Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII). Kesepakatan itu diteken di sela-sela penyelenggaraan Indo-Pacific Chamber of Commerce and Industry Business Forum di Bali.

Baca Juga

“Pengumuman hari ini tentang kemitraan strategis untuk membantu Indonesia mengembangkan program energi bersih nuklir reaktor modular kecil, sebagai hasil utama di bawah PGII, merupakan tonggak penting dalam upaya Indonesia untuk mencapai tujuan iklimnya sambil mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Sung Y Kim dalam sebuah pernyataan yang dirilis Kedutaan Besar AS di Jakarta, Sabtu (18/3/2023).

Di bawah kesepakatan terbaru, USTDA akan membantu PLN Indonesia Power menilai kelayakan teknis serta ekonomi dari PLTN yang diusulkan dan hendak dibangun di Kalimantan Barat. Hal itu bakal mencakup rencana pemilihan lokasi, pembangkit listrik dan desain sistem interkoneksi, penilaian dampak lingkungan dan sosial awal, penilaian risiko, perkiraan biaya, serta tinjauan peraturan.

PLN Indonesia Power memilih NuScale Power OVS, LLC (NuScale) yang berbasis di Oregon untuk melakukan pendampingan dalam kemitraan dengan anak perusahaan Fluor Corporation yang berbasis di Texas dan JGC Corporation Jepang. Fasilitas 462 megawatt yang diusulkan akan memanfaatkan teknologi SMR NuScale dan memajukan transisi energi bersih di Indonesia.

Selain menjadi penyedia energi yang andal dan bersih, SMR memiliki penempatan fleksibel serta menggunakan tapak tanah yang kecil. SMR menggabungkan fitur keselamatan canggih, termasuk desain untuk menahan cuaca ekstrem dan peristiwa terkait seismik.

SMR dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan spesifik jaringan listrik suatu negara, dengan kemampuan untuk ditingkatkan sesuai kebutuhan. SMR dapat memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor yang sulit diredakan, termasuk produksi hidrogen bersih, proses industri berat, dan desalinasi air untuk memenuhi tujuan dekarbonisasi dan keamanan energi, standar kualitas udara, serta kebutuhan akses air bersih.

Kerja sama terbaru dengan Negeri Paman Sam akan mencakup pendanaan baru senilai 1 juta dolar AS untuk pembangunan kapasitas bagi Indonesia. Membangun kemitraan yang ada di bawah U.S. Department of State Foundational Infrastructure for the Responsible Use of SMR Technology (FIRST) Program. Ini termasuk dukungan di berbagai bidang seperti pengembangan tenaga kerja, keterlibatan pemangku kepentingan, peraturan, dan perizinan.

Perjanjian terbaru akan memajukan tujuan Kemitraan Transisi Energi yang Adil atau Just Energy Transition Partnership (JETP). Selain itu perjanjian tersebut akan memperkuat kepemimpinan Indonesia di kawasan ASEAN dalam penyebaran teknologi energi bersih nuklir yang canggih, aman, dan terjamin. Dengan demikian tujuan Net Zero Emissions di Indonesia pada 2060 dapat dicapai. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement