Rabu 15 Mar 2023 10:05 WIB

Dolar Temukan Pijakan di Awal Sesi Asia Saat Krisis Perbankan Reda

The Fed diprediksi melunak dalam kebijakan moneternya.

Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (4/10/2022) (ilustrasi). Dolar mendapat dukungan di awal sesi Asia pada perdagangan Rabu (15/3/2023) pagi, karena investor memutar kembali ekspektasi penurunan suku bunga AS ketika ketakutan akan krisis perbankan surut dan angka inflasi tinggi yang keras kepala mendarat.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (4/10/2022) (ilustrasi). Dolar mendapat dukungan di awal sesi Asia pada perdagangan Rabu (15/3/2023) pagi, karena investor memutar kembali ekspektasi penurunan suku bunga AS ketika ketakutan akan krisis perbankan surut dan angka inflasi tinggi yang keras kepala mendarat.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Dolar mendapat dukungan di awal sesi Asia pada perdagangan Rabu (15/3/2023) pagi, karena investor memutar kembali ekspektasi penurunan suku bunga AS ketika ketakutan akan krisis perbankan surut dan angka inflasi tinggi yang keras kepala mendarat.

Pada awal perdagangan, penjualan dolar dari dua sesi terakhir telah mereda dan greenback naik sekitar 0,2 persen baik untuk euro maupun yen. Itu membawanya ke 132,52 yen dan 1,0729 dolar terhadap mata uang bersama.

Baca Juga

Semalam, saham perbankan melambung dan obligasi serta suku bunga berjangka mengembalikan sebagian dari keuntungan besar yang mereka catat setelah runtuhnya tiga bank AS dalam hitungan hari.

Reli di sterling, mata uang Skandinavia, dolar Australia, dan dolar Selandia Baru juga tampaknya kehilangan tenaga - meskipun tanpa benar-benar mengembalikan kekuatan apa pun.

 

"Ketika semua debu hilang, saya pikir kita akan berakhir dengan dolar yang tidak cukup kuat dan aliran data mungkin akan kembali ke tengah panggung," kata Ahli Strategi Westpac, Imre Speizer.

"Saya pikir kita berakhir dengan puncak Fed yang lebih rendah daripada perkiraan sepekan yang lalu dan semuanya sama yang akan mengakibatkan dolar AS menjadi sedikit lebih lemah daripada sepekan yang lalu."

Suku bunga berjangka sekarang menyiratkan peluang 80 persen untuk kenaikan suku bunga AS 25 basis poin pekan depan.

Itu jauh lebih dovish daripada sepekan yang lalu ketika pasar memberi perkiraan peluang yang sama untuk kenaikan 50 basis poin, tetapi juga jauh lebih hawkish daripada sehari yang lalu ketika ketakutan akan krisis membuat pedagang menilai peluang 50 persen untuk bertahan dan pemotongan tajam di akhir tahun.

Harga konsumen AS meningkat dengan kuat pada Februari, menjaga tekanan pada Federal Reserve untuk mengendalikan kenaikan harga-harga.

Sterling, naik sekitar 1,0 persen selama sepekan, stabil di 1,2149 dolar. Dolar Selandia Baru merosot 0,2 persen menjadi 0,6225 dolar dan Aussie yang naik 1,5 persen sejauh minggu ini, datar di 0,6682 dolar AS karena investor menahan diri.

Bersama dengan pasar saham yang lebih stabil dan obligasi yang relatif tenang, langkah tersebut menunjukkan ketakutan langsung akan penularan di sistem perbankan AS telah berkurang menyusul kegagalan Silicon Valley Bank pekan lalu.

Namun, kinerja yang kuat pekan ini untuk mata uang safe-haven franc Swiss yang naik lebih dari 3,0 persen dalam lima hari, menunjukkan peningkatan tingkat kekhawatiran di pasar.

Kemudian pada Rabu, data aktivitas China akan dirilis, seperti hasil dari penetapan upah musim semi Jepang - yang berpotensi mengatur nada gaji dan inflasi di Jepang untuk sisa tahun ini.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement