REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pasar ekuitas global turun sementara imbal hasil Treasury AS mencapai level tertinggi baru pada Selasa (21/2/2023) kemarin. Investor mempertimbangkan prospek kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve.
The Fed diperkirakan akan lebih lama memperketat kebijakan moneternya menyusul data ekonomi yang masih kuat. Sentimen pasar tetap bearish setelah pejabat Fed mengisyaratkan akan terus menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi.
The Fed akan merilis risalah pertemuan terakhirnya pada Rabu (22/2/2023) ini yang akan memberi gambaran sekilas tentang proyeksi suku bunga setelah data terbaru menunjukkan pekerjaan AS dan harga konsumen yang lebih kuat dari perkiraan.
Survei terbaru menunjukkan aktivitas bisnis AS secara tak terduga pulih pada bulan Februari, mencapai level tertinggi dalam delapan bulan. Ini menegaskan kembali ketahanan ekonomi AS meskipun ada tindakan kebijakan moneter Fed.
"Setiap kali pasar mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Fed akan menghentikan langkahnya dalam waktu dekat, mereka ditampar dengan kenyataan bahwa itu mungkin tidak akan terjadi selama enam bulan atau lebih," kata Tom Plumb, manajer portofolio di Plumb Balanced Fund di Madison, Wisconsin dilansir Reuters, Rabu (22/2/2023).
Indeks ekuitas dunia MSCI yang melacak saham di 50 negara, turun 1,59 persen. Saham Eropa turun sebesar satu persen sebelum mengembalikan sebagian kerugian mereka, dan ditutup turun 0,19 persen.
Di Wall Street, ketiga indeks utama berakhir lebih rendah, dipimpin oleh aksi jual saham teknologi, konsumen diskresioner, industri dan keuangan. Dow Jones Industrial Average turun 2,06 persen, S&P 500 turun 2,01 persen dan Nasdaq Composite turun 2,50 persen.
Dolar naik terhadap sebagian besar mata uang utama di tengah data yang menunjukkan penguatan ekonomi AS. Indeks dolar diperdagangkan naik 0,289 persen. Euro turun 0,37 persen karena berada di bawah tekanan setelah data menunjukkan aktivitas manufaktur zona euro memburuk.