Jumat 10 Feb 2023 09:26 WIB

IHSG Terkoreksi di Tengah Kenaikan Yield Obligasi AS

yield UST tenor dua tahun berada di level tertinggi di atas yield UST tenor 10 tahun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 37,2 poin atau 0,53 persen ke level 7.082,181 pada penutupan perdagangan akhir pekan.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 37,2 poin atau 0,53 persen ke level 7.082,181 pada penutupan perdagangan akhir pekan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun pada perdagangan Jumat (10/2/2023) dengan melemah 0,25 persen ke level 6.880,03. Phillip Sekuritas Indonesia memprediksi IHSG akan melemah moderat dengan support di level 6.835 dan resistence di level 6.995.

Pelemahan IHSG sejalan dengan indeks saham di Asia. "Indeks saham di Asia pagi ini dibuka melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street yang mencatatkan penurunan selama dua hari beruntun," tulis riset Phillip Sekuritas Indonesia, Jumat (10/2/2023).

Baca Juga

Di pasar obligasi, yield US treasury Note bertenor 10 tahun merangkak naik menjadi 3,66 persen. Investor mulai melakukan penyesuaian terhadap prospek kenaikan suku bunga acuan pada saat bank sentarl AS Federal Reserve melanjutkan perang terhadap inflasi.

Investor mengerek yield US Treasury Note bertenor dua tahun sehingga berada di level tertinggi di atas yield US Treasury Note bertenor 10 tahun sejak awal 1980an. Ini menjadi sinyal surutnya tingkat kepercayaan investor atas kemampuan ekonomi AS dalam menahan pukulan dari kenaikan suku bunga yang lebih tinggi lagi.

Dari sisi korporasi, investor masih terus mengevaluasi putaran terakhir rilis laporan keuangan kuartal IV 2022. Dari sisi makro ekonomi, investor mencerna rilis data pasar tenaga kerja AS, Weekly Jobless Claims.

Data Initial Jobless Claims memperlihatkan jumlah penerima pertama kali tunjangan pengangguran naik menjadi 196.000 untuk minggu yang berakhir 4 Februari dari level terendah dalam sembilan bulan, 183.000 di minggu sebelumnya dan di atas estimasi pasar yang sebesar 190.000.

Sementara itu, data Continuing Jobless Claims memperlihatkan jumlah orang yang telah mencairkan tunjaingan pengangguran selama paling tidak dua minggu beruntun naik menjadi 1,69 juta untuk minggu yang berakhir 28 Januari. Ini adalah level tertinggi dalam lima minggu dan lebih tinggi dari jumlah 1,66 juta pada minggu sebelumnya.

Sementara waktu, data-data ini akan membantu meredakan kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga yang terlalu agresif oleh Federal Reserve pasca rilis data Non-Farm payrolls (NFP) akhir pekan lalu. Untuk hari ini, investor menantikan rilis data Inflasi (CPI dan PPI) bulan Januari Tiongkok dengan inflasi inti (Core CPI) di prediksi naik 2,2 persen yoy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement