REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah transformasi berdampak besar dalam kinerja Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) sepanjang 2022. Holding Perkebunan Nusantara tercatat meraih produktivitas tertinggi sepanjang sejarah perusahaan berdiri.
Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara Mohammad Abdul Ghani mengatakan, perseroan berhasil membukukan kinerja yang membanggakan, khususnya pada komoditas utama PTPN Group. "Hal ini berkat transformasi menyeluruh yang dilakukan di sejumlah lini bisnis dan anak perusahaan," ujar Ghani dalam keterangan pada Kamis (9/2/2023).
Ghani memaparkan, rata-rata produktivitas di lini bisnis sawit seperti Tandan Buah Segar (TBS) meningkat 3,4 persen dari tahun sebelumnya. Begitu pula dengan produktivitas crude palm oil (CPO), yaitu mencapai lebih lima ton per hektare atau meningkat 3,6 persen dari tahun sebelumnya, sementara produktivitas rata-rata CPO nasional tahun 2022 hanya 3,9 ton per hektare.
"Bahkan, 150 ribu hektare dari 450 ribu hektare tanaman produktif, mencapai protas hingga di atas 5,6 ton CPO per hektare, lebih tinggi dari capaian produktivitas perusahaan best practices terbaik nasional," ucap Ghani.
Ghani mengatakan, peningkatan produktivitas berdampak terhadap laba konsolidasi Holding Perkebunan Nusantara sebesar Rp 5,51 triliun pada 2022 atau naik 19 persen dari 2021. Ghani menyebut hal ini merupakan rekor sepanjang sejarah perusahaan.
'Tentu ini berkat kerja keras seluruh jajaran yang telah berkomitmen menjalankan transformasi untuk perbaikan kinerja," lanjut Ghani.
Ghani mengatakan, penjualan juga mengalami peningkatan sebesar lima persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 56 triliun. Sementara itu, margin pendapatan sebelum pajak, bunga, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA, yang menjadi faktor mendasar kinerja keuangan perseroan, juga sangat baik dan sehat, yakni tercatat Rp 13,56 triliun atau lima persen di atas anggaran tahun 2022 (RKAP 2022).
Ghani menyampaikan, harga jual komoditas sawit juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yang mana rata-rata harga CPO 2022 sebesar Rp 12.489 per kg, sedangkan di 2021 sebesar Rp 11.293 per kg. Selain harga jual yang baik, serta produktivitas yang meningkat, Ghani menyebut peningkatan laba pada 2022 juga dipengaruhi oleh cash cost (di luar biaya pemupukan) yang berhasil diturunkan hingga sebesar empat persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Ghani menilai, pencapaian kinerja positif tersebut menunjukan transformasi bisnis yang dilakukan secara menyeluruh, melalui tiga pilar pertumbuhan perusahaan yaitu optimalisasi portofolio dan operational excellence, commercial excellence dan ekspansi hilir, serta optimalisasi aset dan kemitraan strategis. Selain itu, terdapat dua pendukung dasar, yaitu pengembangan kapabilitas dan budaya serta peningkatan sistem dan teknologi, berjalan dengan baik.
"Artinya, upaya-upaya tersebut ke depan akan terus kita lakukan untuk lebih mengoptimalkan lagi kinerja perusahaan," kata Ghani.