REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Sebanyak 350 ulama pondok pesantren di Pulau Madura, Jawa Timur, patungan memberikan modal kepada pengusaha setempat untuk membeli tembakau petani.
“Ini dilakukan sebagai komitmen dan kepedulian para ulama dalam membantu petani agar tembakau mereka terbeli dengan harga layak,” kata Ketua Paguyuban Pelopor Petani dan Pedagang Tembakau se-Madura (P4TM), Khairul Umam, di Pamekasan, Selasa.
P4TM dipercaya para ulama Madura sebagai pengelola modal, karena selain menjadi wadah perkumpulan petani dan pedagang, ketuanya juga memiliki gudang serta usaha jual beli dan produksi tembakau. “Pembelian tembakau yang kami lakukan selama ini salah satunya karena dukungan modal dari para ulama,” ujar pengusaha asal Kadur, Pamekasan itu.
Ia menuturkan, sumbangan modal dari para ulama bervariasi, mulai puluhan juta hingga miliaran rupiah. Modal itu digunakan untuk membeli tembakau setiap musim panen dengan harga di atas biaya pokok produksi (BPP). “Alhamdulillah, berkat ikhtiar dan komitmen para ulama, kini petani punya uang, bisa menyekolahkan anak, membangun rumah, dan hidup lebih layak,” kata Khairul yang akrab disapa Haji Her.
Sebelum P4TM terbentuk, pembelian tembakau petani di Madura banyak dilakukan perusahaan besar dengan harga rendah, bahkan kerap di bawah BPP. “Pesan khusus dari para ulama yang ikut patungan modal ini, jangan sampai membeli tembakau dengan harga murah, apalagi di bawah BPP,” tegas Haji Her.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Pamekasan, Akhmad Basri Yulianto, mengatakan pola gotong royong para ulama yang terhimpun di P4TM terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan petani. “Sejak P4TM didirikan, harga beli tembakau di tingkat petani memang tinggi dan selalu melampaui biaya pokok produksi,” ujarnya.
Selain itu, perusahaan rokok lokal di Pamekasan juga bertambah sehingga banyak merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar.