REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Asosiasi Pelaku Industri Niaga Elektronik Indonesia (idEA) menilai platform e-commerce atau lokapasar harus terus berinovasi dan berbenah diri untuk menghadapi perubahan pola belanja masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan antara lain memanfaatkan kanal lain seperti social commerce dan aplikasi pesan instan.
“Hal ini menjadi dorongan agar platform e-commerce terus meningkatkan kemudahan, kenyamanan, dan kepercayaan konsumen, baik dari sisi pembayaran, pengiriman, maupun perlindungan transaksi,” ujar Wakil Ketua Umum idEA, Budi Primawan, dihubungi dari Jakarta, Selasa (19/8/2025).
Budi menilai fenomena ini merupakan bagian dari evolusi ekosistem digital. Konsumen kini cenderung memilih kanal yang paling praktis dan sesuai kebiasaan mereka. Perbedaan karakter antar kanal, menurutnya, justru membuka peluang inovasi sekaligus kolaborasi.
Ia menyinggung meski jumlah konsumen e-commerce terus meningkat, nilai rata-rata belanja per konsumen justru menurun. “Saat ini jumlah konsumen e-commerce masih bertambah, namun rata-rata belanja per orang turun. Transaksi tetap ramai, tapi nilainya lebih kecil, sejalan dengan fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana), di mana banyak konsumen hanya melihat atau bertanya tanpa membeli,” jelasnya.
Budi menyebut rata-rata belanja per orang per bulan turun sekitar 13 persen, dari Rp543.000 menjadi Rp470.000. Tren ini, katanya, mencerminkan konsumen lebih selektif dan fokus pada kebutuhan utama di tengah kondisi ekonomi yang menuntut kehati-hatian.
Survei Jakpat yang dirilis 31 Juli 2025 menunjukkan tren pembelian daring masyarakat masih positif. Sebanyak 95 persen responden menyatakan telah melakukan pembelian daring pada paruh pertama 2025, naik 4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Namun, rata-rata pengeluaran bulanan konsumen di platform e-commerce tercatat Rp470.516, turun sekitar 13 persen dibanding semester pertama 2024 yang sebesar Rp543.250.