REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Holding BUMN Pertambangan MIND ID meminta dukungan kepada pemerintah dan legeslatif untuk memberikan harga gas yang kompetitif untuk proyek smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menjelaskan saat ini progres pembangunan smelter di Gresik milik Freeport sudah mencapai 51,7 persen. Untuk bisa menghasilkan produk yang kompetitif, kata Hendi Freeport membutuhkan insentif harga gas bumi.
"Saat ini progres pembangunan sudah mencapai 54 persen. Proyek yang ditargetkan beroperasi penuh pada kuartal empat tahun ini membutuhkan dukungan harga energi primer yang kompetitif melalui insentif harga gas bumi," ujar Hendi dalam RDP Komisi VII DPR RI, Senin (6/2).
Direktur Utama PTFI, Clayton Allen Wenas atau kerap disapa Tony Wenas menjelaskan progres pembangunan smelter sudah menyerap realisasi investasi sebesar 1,78 miliar dolar AS. Seluruh tiang pancang sudah selesai terpasang dan pekerjaan beton smleter dan instalasi baja juga sudah dilakukan.
"Untuk beton smleter mencapai 50 persen, instalasi baja realisasinya 13 persen dan instalasi baja di area tangki smelter sudah 15 persen," ujar Tony dalam kesempatan yang sama.
Tony menjelaskan melalui proyek ini PTFI menyerap 13 ribu pekerja yang 98 persen merupakan pekerja asli Indonesia dan 50 persen diantaranya adalah tenaga kerja lokal dari Jawa Timur.
Selain membangun smleter, PTFI juga melakukan pembangunan Precious Metal Refinery (PMR). Dimana, nantinya PMR akan mengolah lumpur menjadi produk emas dan perak. Nantinya PMR akan mengolah 6.000 ton lumpur anoda.
Selain itu, PTFI juga secara paralel melakukan ekspansi kapasitas di PT Smelting yang saat ini kepemilikan saham Freepot sebesar 46 persen. Saat ini proses procurment sudah mencapai 68 persen dengan progres enjinering sebesar 58,8 persen.
"Ekspansi ini direncanakan selesai pada akhir 2023 dan mulai beroperasi di awal 2024," ujar Tony.