REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank BTPN Tbk akan menyesuaikan kredit pinjaman pada tahun ini. Hal ini sebagai respon keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 4,25 persen.
Direktur Keuangan BTPN Hanna Tantani mengatakan sejak Agustus 2022 perusahaan telah menaikkan suku bunga simpanan meskipun belum menyesuaikan bunga kredit.
“Ada sedikit saja (transisi bunga simpanan) sejak bulan lalu, dengan memperhatikan kondisi di pasar dan kenaikan suku bunga acuan BI yang kemarin ada kenaikan 50 bps. Tentu saja ini ada penyesuaian juga bunga kredit ke depan,” ujarnya saat konferensi pers, Jumat (30/9/2022).
Menurutnya, saat ini likuiditas perusahaan masih kuat. Perusahaan berupaya menyesuaikan kondisi pasar agar tetap kompetitif untuk mendorong pertumbuhan kredit mendatang.
“Perusahaan juga memonitor kondisi kredit seluruh segmen, yakni sektor korporasi, komersial, UMKM, dan ritel. Kami juga melakukan manajemen kualitas kredit dengan hati-hati. Kondisi ini memerlukan kita dapat lebih cermat dan memperhatikan situasi," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Utama BTPN Henoch Munandar menambahkan perusahaan menjalankan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kebijakan. Hal ini tercermin dalam kualitas kredit yang terjaga baik yakni rasio kredit bermasalah sebesar 1,35 persen pada Juni 2022.
"Kita perlu mengawasi kenaikan suku bunga akhir-akhir ini, berapa persen dampaknya semoga tidak terlalu besar. Tapi tentu kita selalu memperhatikan apakah otomatis meningkatkan suku kredit, kita lihat performance kredit BTPN," ucapnya.
Menurutnya pertimbangan perusahaan juga melihat ketahanan debitur untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga yang tidak bisa dihindari. Dalam catatannya, jumlah nasabah yang mengajukan restrukturisasi sebagai imbas pandemi Covid-19 cenderung datar bahkan menurun.
Adapun rasio likuiditas dan pendanaan perusahaan berada tingkat yang sehat dengan liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 181,3 persen dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 121,3 persen pada Juni 2022. Perseroan mencatat rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 25,2 persen.
"Kami tentu memantau secara terus-menerus dan tentu saja akan meng adjust sesuai dengan kondisi pasar. Intinya supaya tetap kompetitif dan mendukung pertumbuhan kredit kami ke depannya," ucapnya.
Kendati demikian, kenaikan suku bunga kredit tentu akan berpengaruh pada meningkatnya rasio kredit bermasalah. Padahal perseroan sudah berhasil mencatatkan rasio gross non performing loan 1,35 persen pada Juni 2022 atau turun dibandingkan 1,46 persen pada Juni 2022.
Angka tersebut juga di bawah rata-rata industri sebesar 2,86 persen. Oleh karenanya, dia bilang, pihaknya akan melakukan monitoring terhadap perkembangan debitur semua segmen kredit dan melakukan manajemen kualitas kredit dengan lebih hati-hati sebagai bagian dari manajemen risiko kredit perusahaan.
"Tentu saja kondisi saat ini memerlukan kita untuk lebih cermat dan memperhatikan situasi," ucapnya.