Selasa 23 Aug 2022 09:44 WIB

OPEC Plus Miliki Opsi Pangkas Produksi, Harga Minyak Turun Tipis 

OPEC Plus memproduksi 2,892 juta barel per hari di bawah target mereka pada Juli.

Kilang minyak (ilustrasi). Harga minyak memantul dari posisi terendah sesi menjadi hampir datar dalam sesi yang bergejolak pada akhir perdagangan Senin (22/8/2022) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Jeri Clausing
Kilang minyak (ilustrasi). Harga minyak memantul dari posisi terendah sesi menjadi hampir datar dalam sesi yang bergejolak pada akhir perdagangan Senin (22/8/2022) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Harga minyak memantul dari posisi terendah sesi menjadi hampir datar dalam sesi yang bergejolak pada akhir perdagangan Senin (22/8/2022) waktu setempat. Pergerakan ini terjadi karena pasar menimbang peringatan Arab Saudi bahwa OPEC Plus dapat memangkas produksi terhadap kemungkinan kesepakatan nuklir yang dapat mengembalikan sanksi minyak Iran ke pasar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober menetap di 96,48 dolar AS per barel, turun tipis 24 sen atau 0,25 persen. Brent telah jatuh sebanyak 4,5 persen pada hari sebelumnya, mematahkan kenaikan tiga hari berturut-turut.

Baca Juga

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September, yang berakhir pada Senin (22/8/2022), merosot 54 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup di 90,23 dolar AS per barel. Kontrak Oktober yang lebih aktif turun 4 sen atau 0,03 persen menjadi 90,41 dolar AS per barel.

Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan OPEC Plus memiliki komitmen, fleksibilitas, dan sarana untuk menghadapi tantangan dan memberikan panduan termasuk memangkas produksi kapan saja dan dalam bentuk yang berbeda, kantor berita negara SPA melaporkan.

Sementara itu, para pemimpin Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman membahas upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015, Gedung Putih mengatakan pada Minggu (21/8/2022), yang dapat memungkinkan minyak Iran yang terkena sanksi kembali ke pasar global.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan kesepakatan nuklir sekarang lebih dekat daripada dua minggu lalu.

Di awal sesi, kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga AS yang agresif dapat menyebabkan perlambatan ekonomi global dan penurunan permintaan bahan bakar telah menekan harga. "Fundamental jangka pendek tampaknya lebih tertahan sampai kita melihat beberapa indikasi ekonomi positif baik dari AS atau China, yang tampaknya tidak mungkin," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada September di tengah ekspektasi inflasi telah memuncak dan meningkatnya kekhawatiran resesi, menurut para ekonom dalam jajak pendapat Reuters. Investor akan mencermati komentar Ketua Fed Jerome Powell ketika ia berpidato di konferensi perbankan sentral global tahunan di Jackson Hole, Wyoming, pada Jumat (26/8/2022).

Juga menekan harga kekhawatiran atas permintaan bahan bakar melambat di China, importir minyak terbesar dunia, sebagian karena krisis listrik di barat daya negara itu. Beijing memangkas suku bunga pinjaman pada Senin (22/8/2022) sebagai bagian dari langkah-langkah untuk menghidupkan kembali ekonomi yang tertatih-tatih oleh krisis properti dan kebangkitan kasus COVID-19.

Indeks dolar naik ke level tertinggi lima minggu pada Senin (22/8/2022). Greenback yang lebih kuat umumnya bearish karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain di pasar minyak dalam denominasi dolar.

Tingginya harga gas alam yang diperburuk oleh berkurangnya pasokan dari Rusia memperkuat permintaan minyak, kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank. Pasokan di seluruh dunia tetap relatif ketat, dengan operator pipa yang memasok sekitar 1,0 persen minyak global melalui Rusia mengatakan akan mengurangi produksi lagi karena peralatan yang rusak.

OPEC Plus memproduksi 2,892 juta barel per hari (bph) di bawah target mereka pada Juli, dua sumber dari kelompok produsen mengatakan, karena sanksi terhadap beberapa anggota seperti Rusia dan rendahnya investasi oleh negara lain menghalangi kemampuannya untuk meningkatkan produksi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement