REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu terakhir, pasar modal Indonesia ramai kedatangan perusahaan yang melaksanakan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Investor ritel pun tidak ketinggalan untuk memburu saham-saham IPO tersebut.
Momen IPO ini memang sering dimanfaaatkan investor untuk mendulang cuan yang lebih besar saat saham perusahaan yang dibeli resmi tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Investor akan mendapat keuntungan dari selisih harga IPO dengan debut perdananya di BEI.
Meski demikian, tidak ada jaminan saham perusahaan yang dibeli akan selalu naik setelah IPO. Banyak juga saham yang mengalami penurunan dan bahkan menyentuh Auto Rejection Bawah (ARB) sehingga menyebabkan kerugian bagi investor.
Untuk menghindari risiko ini, analis Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan, investor perlu mencermati beberapa hal. Sebelum memutuskan membeli saham IPO, investor harus melakukan analisa terlebih dahulu baik terkait kinerja fundamental maupun prospek di masa mendatang.
"Carilah yang berfundamental dan prospek yang cerah. Untuk menganalisa fundamental dan prospek ini investor bisa mencari referensinya di prospektus perusahaan," kata Mino kepada Republika, Rabu (6/4).
Prospektus ini umumnya berisikan informasi rinci mengenai rencana penawaran investasi. Informasi tersebut antara lain menyampaikan tujuan investasi hingga kinerja perusahaan. Prospektus juga mengungkapkan risiko-risiko investasi.
Perusahaan dengan riwayat kinerja cemerlang serta prospek yang menarik tentunya akan berdampak positif terhadap kenaikan harga saham. Tidak hanya kinerja emiten, investor juga sebaiknya memperhatikan historikal penjamin emisinya.
Selain itu, hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah jumlah saham yang ditawarkan. "Biasanya semakin sedikit (jumlah yang ditawarkan) potensi kenaikan harganya semakin besar," kata Mino menambahkan.
Untuk saham IPO, Mino mengatakan, secara umum tidak perlu ada sektor yang dihindari. Menurutnya, sektor yang paling bagus adalah yang memiliki banyak sentimen positif seperti sektor komoditas yang saat ini terdampak positif terhadap kenaikan harga komoditas.
Terakhir, lanjut Mino, investor harus memperhatikan tujuan perusahaan melakukan IPO dan penggunaan dananya. "Sebaiknya pilih perusahaan yang tujuan penggunaan dana IPO untuk mengembangkan usaha bukan untuk bayar utang," tutup Mino.