Kamis 18 Nov 2021 01:45 WIB

Tambah PMN, BTN Salurkan KPR Subsidi 300 Ribu per Tahun

Sektor properti memiliki multiplier effect yang cukup besar bagi industri lainnya.

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Petugas melayani nasabah yang ingin mengajukan kredit perumahan rakyat (KPR) di kantor pusat BTN, (ilustrasi).
Foto: Foto Dok BTN
Petugas melayani nasabah yang ingin mengajukan kredit perumahan rakyat (KPR) di kantor pusat BTN, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk telah menyalurkan 250 sampai 300 ribu KPR dalam setahun. Adapun jumlah tersebut dapat meningkat seiring penambahan modal dari pemerintah.

Direktur Consumer and Commercial Lending BTN Hirwandi Gafar mengatakan penambahan modal tersebut menjadi tambahan kekuatan bagi BTN untuk meningkatkan penyaluran KPR Subsidi maupun nonsubsidi, syariah maupun konvensional.

Baca Juga

"Sektor properti memiliki multiplier effect yang cukup besar bagi industri lainnya. Ada 175 sub-sektor industri yang bisa digerakkan dari aktivitas sektor properti," ujarnya saat media and public discussion Infobank TalkNews 'Geliat Sektor Properti di Masa Pandemi, Mampukah jadi Motor Pemulihan Ekonomi?', Selasa (16/11) lalu.

Menurutnya penambahan modal pada BTN akan berdampak pada sektor properti akan mendorong pemulihan ekonomi. "Dengan penambahan permodalan, kemampuan BTN dalam penyaluran kredit akan jauh lebih baik lagi dan lebih besar lagi dan tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Sementara itu, Sekjen DPP REI Amran Nukman mengungkapkan potensi penambahan penyerapan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar Rp 2,12 triliun. Asosiasi pengusaha properti ini juga memperkirakan perpanjangan insentif membawa semakin banyak multiplier effect ke berbagai industri sehingga mendorong pemulihan ekonomi nasional.

"Kita sedang berupaya melakukan lobi-lobi. Mudah-mudahan bisa diperpanjang sampai desember tahun depan, bukan berakhir satu bulan lagi," ucapnya.

CEO Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda menambahkan saat ini sektor properti mencatatkan tren pertumbuhan positif, namun para pengembang diminta untuk jangan lengah. Karena, ada sejumlah tantangan yang akan terjadi  2022, salah satunya insentif PPN perumahan yang akan habis pada akhir 2021.

"Kalau penghapusan PPN selesai Desember 2021, itu artinya properti di awal tahun itu akan naik dengan PPN 10 persen. Tren pengembang pun akan menaikan harga, bukan semata karena PPN-nya, tapi karena melihat secara psikologis akan naik,” katanya.

Padahal, menurut Ali, kebijakan tersebut berdampak positif bagi penjualan rumah ready stock. Hal ini tercermin dari peningkatan sebesar 661,0 persen selama kuartal I 2021. "Beberapa pengembang yang memiliki rumah ready stock juga mengalami peningkatan penjualan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement