REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga batubara pada September kemarin menembus angka tertingginya yaitu 200 dolar AS per ton. Meski harga batubara sedang membaik, PT Adaro Energy tetap fokus untuk menjaga keunggulan operasional.
Head of Corporate Communication Adaro Energy, Febriati Nadira, menjelaskan, Adaro tetap akan mempertahankan keandalan operasional di tengah harga batubara yang membaik. Di satu sisi, perusahaan tetap melakukan kehati-hatian meski harga batubara sedang membaik.
"Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan terus berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan," ujar Ira kepada Republika, Selasa (5/10).
Ira juga menjelaskan, fundamental jangka panjang pasar batubara tetap menjanjikan. Apalagi melihat pertumbuhan penjualan terutama di wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan. Untuk itu, perusahaan masih menjaga pasar ekspor yang selama ini menjadi pelanggan tetap perusahaan.
"Kami masih memantain ekspor di wilayah Asia Tenggara, China, Asia Timur, India, Selandia Baru. Adaro juga akan senantiasa mengikuti ketentuan DMO," ujar Ira.
Kenaikan harga batubara juga tidak mengubah perusahaan untuk menambah produksi. Ira mengatakan perusahaan tetap pada panduan untuk memproduksi batubara berkisar 52 ton hingga 54 juta ton pada tahun ini.
Meski begitu, harga yang cukup menggembirakan ini bisa membawa dampak positif pada akhir tahun nanti. "Kami optimis terhadap prospek bisnis batubara di semester 2 ini namun akan tetap berhati-hati," tambah Ira.