Selasa 31 Aug 2021 01:17 WIB

Investor Pemula Wajib Tahu Ini Saat Pilih Saham

Investor harus mempertimbangkan analisis fundamental dan teknikal saat pilih saham.

Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Analisis saham Indo Premier Sekuritas Angga Septianus mengingatkan investor pemula dalam menanamkan uang di pasar modal harus mampu membaca pergerakan saham dengan mempertimbangkan analisis fundamental dan teknikal. Dia mengatakan investaor jangan hanya ikut-ikutan semata.

"Kalau untuk investasi jangka panjang gunakan analisis fundamental dan jika trading pakai analisis teknikal," kata Angga pada Workshop Wartawan Digital Bersama Bursa Efek Indonesia dan Indopremier Sekuritas di Padang, Senin (30/8).

Baca Juga

Menurut dia, yang pertama kali harus diperhatikan saat hendak membeli saham suatu perusahaan adalah memastikan nilai valuasi perusahaan. Dengan begitu, tidak terseret dengan situasi goreng menggoreng saham sehingga menimbulkan kerugian.

Ia memberikan contoh pergerakan saham farmasi di masa pandemi bisa terjadi karena fundamentalnya baik atau spekulasi yang dikaitkan dengan pandemi, yang bisa membuat perusahaannya mendapatkan keuntungan. Padahal investasi itu harus ada basis analisis yang kuat.

Dia mencontohkan saham seperti Kimia Farma dan Indofarma, yang sudah tidak menarik karena valuasinya sudah amat mahal."Contoh valuasi sederhana yaitu membandingkan harga saham dengan modal bersih perusahaan, yang kita mau saham dijual dengan harga yang rasional, misalnya saat aset perusahaan nilainya Rp 100 juta maka harga belinya tentu Rp 100 juta," kata dia.

Sementara itu, menurut dia, perusahaan seperti Indofarma,valuasinya sudah tinggi dan mencapai angka 18 kali pada 2020 bahkan 29 kali di akhir 2020."Jadi angka normalnya satu tapi valuasinya malah 29 kali lipat lebih tinggi," ujarnya.

Pada sisi lain, ia juga memberi contoh saham Bukalapak yang menyebabkan euforia di masyarakat sehingga investor besar melakukan penjualan melihat antusiasme investor ritel."Saat ada buangan yang cukup besar hingga Rp1 triliun akhirnya banyak yang beli dan ternyata beberapa hari sesudahnya harga turun," kata dia.

Dia mengharapkan investor pemula bisa memakai analisis dengan metode yang tepat sehingga uang yang ditanamkan tidak tenggelam.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement