REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC), Arista Atmadjati, menilai rencana pemerintah yang ingin menjadikan PT Garuda Indonesia untuk fokus pada bisnis penerbangan domestik merupakan keputusan tepat. Karena ada peluang pasar premium dan korporasi yang bisa dikelola oleh perseroan.
"Jumlah perusahaan di Indonesia ada ribuan dari Aceh sampai Papua, belum lagi dari pemerintahan hingga universitas. Mereka naik Garuda karena time performance," kata Arista saat dihubungi di Jakarta, Kamis (3/6).
Dia menyebutkan jumlah korporasi yang telah menandatangani kontrak kerja sama dengan Garuda Indonesia mencapai lima ribuan perusahaan. Para pejabat setingkat manajer menggunakan maskapai pelat merah ini untuk melakukan perjalanan kerja dan bisnis.
"Potensi pasar korporasi bisa mencapai 15 ribu perusahaan, tapi itu belum digali karena 10 ribu sisanya cenderung naik maskapai lain," kata Arista. Selain ketepatan waktu, unsur kejelasan asuransi dan kelengkapan alat keselamatan juga menjadi poin penting yang menjadi perhatian konsumen saat menggunakan maskapai Garuda Indonesia terutama penumpang yang bekerja pada perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia.
Arista tak menampik meski penerbangan domestik menawarkan keuntungan bagi Garuda Indonesia, namun segmen pasar ini juga memiliki kelemahan berupa selisih nilai tukar mata uang. "Bayar cicilan pakai dolar, sedangkan domestik duitnya terima rupiah. Pertanyaan kita Lion Air 90 persen domestik tetap bisa hidup, Citilink itu mungkin 90 persen terbang domestik juga bisa hidup," kata Arista.
Menurutnya, manajemen Garuda Indonesia harus melakukan berbagai efisiensi supaya tidak menambah beban cicilan utang yang harus dibayarkan perseroan pakai dolar. Berdasarkan data laporan keuangan terakhir yang dirilis Garuda Indonesia pada kuartal III 2020, BUMN penerbangan itu mempunyai utang sebesar Rp 98,79 triliun yang terdiri dari utang jangka pendek Rp 32,51 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp 66,28 triliun.
Dalam berita sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Garuda Indonesia akan fokus pada bisnis penerbangan domestik dengan melayani perjalanan masyarakat antarpulau di Tanah Air. Mantan bos Inter Milan itu merujuk database Garuda Indonesia yang didominasi penumpang tujuan daerah sebanyak 78 persen dengan pendapatan mencapai Rp 1.400 triliun.
Sementara jumlah penumpang tujuan luar negeri tercatat hanya 22 persen dengan perolehan Rp 300 triliun. "Sebelum Covid-19 sebanyak 78 persen turis adalah turis lokal sebanyak Rp1.400 triliun, turis asing hanya 22 persen Rp 300 triliun," kata Erick Thohir.
Menurutnya, pembicaraan terkait perubahan bisnis Garuda Indonesia ke pasar domestik telah dilakukan pada November 2019 hingga Januari 2020, sebelum adanya pandemi Covid-19. Aksi yang dilakukan pemerintah tersebut merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan Garuda Indonesia dari masalah finansial akibat kerugian yang dialami perseroan.