REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Waskita Karya (Persero) Tbk menargetkan nilai kontrak baru senilai Rp26 triliun. Sekitar 80 persen dari target tersebut diharapkan terdiri dari proyek yang berasal dari pasar eksternal dan sisanya 20 persen merupakan proyek investasi.
"Waskita berkomitmen menyeimbangkan portofolio kontrak baru dimana selama lima tahun terakhir perseroan sangat bergantung pada proyek pengembangan bisnis atau investasi, yang pendanaannya diperoleh melalui utang dengan beban bunga komersial," kata Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono, Kamis (25/3).
Kedepan, lanjut Destiawan, Waskita berupaya mendapatkan lebih banyak proyek yang berasal dari pasar eksternal seperti BUMN, Pemerintah, dan swasta termasuk luar negeri. Proyek dari eksternal diharapkan akan jauh lebih baik secara arus kas didorong oleh skema pembayaran berbasis progress dan adanya down payment dari pemilik proyek.
Pada tahun lalu, Waskita dapat mencatatkan perolehan Nilai Kontrak Baru sebesar Rp27 triliun. Pencapaian ini berada diatas target yang telah ditetapkan dan lebih tinggi dibandingkan para pesaingnya.
Tingkat kemenangan tender juga mengalami peningkatan menjadi 35,2 persen. Hal ini membuktikan bahwa Waskita memiliki daya saing yang baik di industri konstruksi.
Berdasarkan tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru Waskita dari proyek infrastruktur konektivitas seperti jalan, jalan tol, dan jembatan adalah sebesar 43 persen, proyek EPC sebesar 27 persen, proyek Gedung sebesar 13 persen, proyek infrastruktur sumber daya air sebesar 8 persen, serta proyek dari anak usaha sebesar 9 persen.
Beberapa proyek besar yang diperoleh Waskita pada 2020 antara lain Proyek Tol Ciawi – Sukabumi seksi 3 dan 4 senilai Rp3,3 triliun, proyek konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro Batang Toru dengan nilai Rp887 miliar, Bendungan Jragung Paket 1 senilai Rp733 miliar, dan Jaringan Irigasi Rentang dengan nilai kontrak Rp554 miliar.