REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) menilai selain adanya program BBM satu harga yang terpenting saat ini adalah adanya sub penyalur. Keberadaan sub penyalur ini bisa memudahkan masyarakat dalam mengakses BBM.
Kepala BPH Migas, Fanshurullah Asa menjelaskan di daerah 3T memang sudah menjadi prioritas pemerintah untuk membangun BBM satu harga. Namun, ternyata ini saja tidak cukup sebab akses masyarakat pedalaman ke titik ini masih cukup jauh.
"Maka kami menilai sub penyalur ini juga penting. Dan memang perlu keterlibatan tak hanya pemerintah dan Pertamina saja. Tetapi para pengusaha lokal," ujar Ifan di Komisi VII DPR RI, Rabu (27/1).
Ifan mengatakan ada banyak insentif yang ditawarkan pemerintah untuk bisa memasifkan sub penyalur ini. Pertama, ada insentif pengangkutan dan kompensasi transport membawa BBM dari titik BBM satu harga ke sub penyalur.
"Selain itu, kalau tidak salah juga ada margin khusus bagi para pengusaha lokal yang memang mau membuat sub penyalur ini. Makanya, ditetapkan setau kami, margin 700-800 rupiah," ujar Ifan.
Disatu sisi, kata Ifan Pertamina juga hadir dengan konsep pertashop. Hanya saja, untuk Pertashop memang tidak menyalurkan Premium dan Solar. Pertamina menyalurkan Pertamax dan saat ini sudah ada 170 lokasi ini.
Disatu sisi, Pertashop ini memang perlu digencarkan oleh Pertamina, kata Ifan. Selain untuk memenuhi akses energi ke masyarakat juga bisa mendorong perpindahan konsumsi BBM masyarakat.
"Hari ini, baru 1.088 lokasi dari target 4.000 an. Sementara saingannya exxon sudah bangun di 565 lokasi. Ini tantangan pertamina untuk percepat pembangunan pertshop. Kalau ini makin banyak, maka konversi penggunaan premium ke bbm nonsubs semakin banyak dan kurangi impor," ujar Ifan.