REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen kendaraan terbesar di Korea Selatan, Hyundai Motor Co, mengumumkan kerugian bersih pada periode Juli-September. Kerugian terjadi akibat masalah kualitas mesin dan penarikan kembali (recall) sehingga menghancurkan apa yang seharusnya menjadi pendapatan yang kuat.
Hyundai, produsen mobil terbesar kelima dunia bila digabungkan dengan afiliasi Kia Motors Corp, melaporkan kerugian bersih mereka sebesar 336 miliar won (sekitar Rp 4,3 triliun). Rata-rata dari 12 perkiraan analis yang dipatuhi oleh Refinitiv adalah laba 1,2 triliun won (sekitar Rp 15,5 triliun).
Dikutip dari Reuters, Selasa, produsen mobil itu mengatakan setidaknya telah mengucurkan dana sebesar 2,1 triliun won (sekitar Rp 27,2 triliun) untuk menutupi biaya yang berkaitan dengan kerusakan mesin yang meningkatkan risiko macet dan kebakaran. Masalah yang sudah bertahun-tahun itu telah merugikan Hyundai dan Kia hampir 5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (sekitar Rp 73.480 triliun) dan membuat pasangan tersebut menjadi subjek penyelidikan oleh otoritas AS atas cara penarikan mereka.
"Hasil kuartal ketiga mencerminkan biaya penyediaan terkait mesin karena perusahaan mengambil tindakan pencegahan untuk memastikan keselamatan pelanggan dan menutupi kemungkinan peningkatan biaya terkait kualitas di masa depan," kata Hyundai dalam sebuah pernyataan.
"Kami dengan tulus meminta maaf kepada pemegang saham dan investor kami karena berulang kali mengalami masalah biaya kualitas selama tiga kuartal sejak 2018," kata seorang eksekutif dalam laporan singkat pendapatan.
Analis mengatakan, kerugian operasional tidak sedalam yang diharapkan karena Hyundai menikmati penjualan yang kuat pada kuartal tersebut didukung oleh peningkatan permintaan di Amerika Serikat dan pasar negara berkembang seperti India.