REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu lambatnya pengembangan EBT di Indonesia adalah investasi yang mahal. Investasi yang mahal ini mengerek harga jual listrik dari investor ke PLN.
Anggota Kadin Bidang Energi Terbarukan dan Lingkungan, Satya Widya Yudha menilai padahal harga jual listrik ke PLN juga tidak bisa mahal karena akan berdampak pada likuiditas perusahaan. Daya beli masyarakat atas listrik juga akan berdampak jika tarif listrik dinaikan.
"Kunci yg paling utama adalah harga. Tidak masuknya investasi secara masif ini karena harga yg dipatok di bawah 8 sen per kwh. Jadi kalau sekarang kalau kita mencoba ada investasi dari luar dgn tawaran 6 sen pasti nggak jadi masuk mereka," ujar Satya di Komisi VII DPR RI, Senin (21/9).
Lalu disatu sisi, mahalnya investasi juga karena tak ada jaminan lahan dari pemerintah. Hal ini menjadi salah satu unsur investasi yang besar bagi para investor.
"Jadi kalau pemerintah mampu sediakan lahan terutama utk tambang geothermal, lahan dijamin pemerintah, misalnya PLTS kalau lahannya dijaminan pemerintah, ini bs menekan harga luar biasa," ujar Satya.