Jumat 04 Sep 2020 03:25 WIB

Garuda Akui Tertolong Penerbangan Domestik

Titik terendah Garuda adalah saat hanya melakukan 30 kali penerbangan sehari.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Pekerja menurunkan muatan kargo dari pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 143 setibanya di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Rabu (2/9/2020). Manajemen Garuda Indonesia menyatakan, penambahan frekuensi penerbangan rute Jakarta-Banda Aceh (PP) dari satu kali menjadi dua kali penerbangan dalam sehari terkait meningkatnya volume penumpang di Bandara SIM tersebut sebanyak 400 hingga 600 calon penumpang per hari dibanding sebelumnya 100 hingga 200 calon penumpang dengan tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19.
Foto: Antara/Ampelsa
Pekerja menurunkan muatan kargo dari pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 143 setibanya di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Rabu (2/9/2020). Manajemen Garuda Indonesia menyatakan, penambahan frekuensi penerbangan rute Jakarta-Banda Aceh (PP) dari satu kali menjadi dua kali penerbangan dalam sehari terkait meningkatnya volume penumpang di Bandara SIM tersebut sebanyak 400 hingga 600 calon penumpang per hari dibanding sebelumnya 100 hingga 200 calon penumpang dengan tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai Garuda Indonesia mengakui pihaknya masih tertolong penerbangan domestik pada masa pandemi. Meski demikian, pendapatan sempat merosot hingga 90 persen.

“Masing untung kita punya pasar domestik yang cukup kuat dan besar. Walaupun di internasional banyak kendala, di domestik kita sudah mulai bangkit kembali,” kata Direktur Layanan, Pengembangan Usaha, dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia Ade R Susardi dalam diskusi daring bertajuk 'Panduan Protokol Baru untuk Operasi Bisnis Berkelanjutan: Industri Transportasi Publik' di Jakarta, Kamis (3/9).

Baca Juga

Sementara itu, Ade mengatakan, untuk penerbangan internasional terdapat sejumlah pembatasan perjalanan (travel restrictions) di beberapa negara yang menyebabkan penghentian sementara operasional. Meskipun, saat ini Garuda masih terbang ke sejumlah rute internasional, seperti Belanda, Korea Selaran, Jepang, Singapura, dan Australia, frekuensi penerbangan dipangkas yang semula Jakarta-Amsterdam enam kali seminggu, saat ini satu kali seminggu.

Kemudian, untuk penerbangan ke Sidney, Australia penumpang dibatasi hanya 50 orang yang boleh masuk ke negara tersebut karena aturan setempat.

Berdasarakan survei yang dilakukan Garuda, sebanyak 73 persen masyarakat menyatakan minatnya untuk kembali terbang saat ini hingga enam bulan ke depan. Sebanyak 65 persen menyatakan perlu terbang sampai Desember 2020.

"Tapi yang benar-benar beli tiket hanya 12 persen. Hal ini juga yang kita lihat sebagai satu kendala, ingin, tapi enggak yakin karena situasinya ragu, takut dokumen kurang atau perlu persiapan PCR, rapid test, di mana tempat melakukannyates cepat, PCR, apakah di tempat tujuan harus dilakukan juga, ini complicated," katanya.

Ini pun, lanjutnya, ditambah dengan masih banyaknya masyarakat yang memilih jalur darat untuk bepergian di Pulau Jawa karena didukung infrastruktur jalan tol yang memadai.

"Untuk traveling di Pulau Jawa atau bisa dilakukan darat, masih ada yang lebih memilih ke Jateng atau Jatim dengan darat karena jalan tol bagus dan enggak susah dengan dokumen perjalanan. Ini yang perlu edukasi, traveldi udara sebenarnya aman, tapi harus sesuai dengan protokol kesehatan," katanya.

Garuda mencatat pada Mei lalu sempat terjatuh ke jurang terdalam, yakni hanya mengoperasikan 30 penerbangan dalam sehari yang separuhnya adalah penerbangan kargo. Namun, kondisi berangsur membaik di mana pada pekan lalu saat libur panjang sempat mengoperasikan 170 penerbangan dengan jumlah 9.000 penumpang per hari.

"Sekarang rata-rata 7.000 sampai 8.000 per hari. Kita harapkan semua menjadi lebih baik, jumlah penumpang lebih banyak, hal itu yang bisa menyelamatkan Garuda ke depan,” ujar Ade.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement