REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki, mewanti-wanti para pelaku UMKM di Indonesia untuk bisa cepat melakukan adaptasi bisnis dan inovasi produk. Pasalnya, pola permintaan dari pasar konsumen baik di dalam negeri maupun luar negeri akan berubah akibat wabah virus corona.
"UMKM yang bisa bertahan adalah yang bisa adaptasi bisnis dan invoasi. Ini catatan penting dan mereka harus diberdayakan," kata Teten dalam sebuah diskusi virtual, Senin (29/6).
Teten mengatakan, perilaku konsumen akan berubah cepat khususnya terkait produk yang ingin dibeli. Terutama untuk produk makanan dan minuman yang menjadi subsektor andalan dalam bisnis UMKM.
Teten menegaskan, tanpa ada adaptasi bisnis yang cepat, sulit bagi pelaku UMKM untuk bisa tembus pasar ekspor dan meningkatkan kontribusi ke ekspor nasional. "Ini problem kita karena kontribusi ekspor UMKM masih 14 persen. UMKM kita masih sendiri-sendiri dan itu menjadi masalah," katanya.
Menurutnya, potret UMKM di luar negeri mulai banyak terhubung dengan perusahaan besar. Sementara di Indonesia, ia menyebut dari total jumlah 64 juta UMKM, baru sekitar 5 persen yang terhubung dengan usaha besar. Hal itu membuat pelaku UMKM tidak naik kelas dan sulit untuk bisa menjamah pasar ekspor.
Di satu sisi, digitalisasi UMKM juga masih rendah. Ia mengatakan baru sekitar 13 persen atau 8 juta UMKM yang mulai memasarkan produknya melalui platform digital. Padahal, masuk ke ekosistem digital saat ini menjadi salah satu kunci untuk bisa meningkatkan pendapatan usaha.
"Jadi yang utama adalah bahwa sekarang penting untuk melakukan transformasi UMKM. Harus ada perbaikan manajemen usaha UMKM," kata dia.