REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) dinilai mulai pulih. Hal itu seiring dilakukannya kick off ekspor perdana ikan tenggiri dan ikan layur ke China.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan, kick off ekspor 27 ton ikan tenggiri dan ikan layur ke China ini merupakan reaktifasi kegiatan ekonomi. Ia mengatakan, kerja sama ekspor tersebut dilakukan oleh Grup PT Anugerah Tangkas Transportindi (ATT) melalui Andalan Ekspor Indonesia (AeXI) Hub.
"Ini kick off mulai reaktifasi kegiatan ekonomi, terutama ekspor," kata Teten melalui siaran pers pada Sabtu, (13/6).
PT ATT dengan AeXI Hub membantu ekspor untuk UMKM melalui kerja sama dengan Rumah Perubahan yang mengonsolidasi produk nelayan dari berbagai daerah. Sementata diaspora Indonesia yang mencarikan pasar di China.
Menurut Teten, kegiatan ekspor ini merupakan kolaborasi yang bagus. Sekaligus mendorong ekspor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Teten mengakui, UMKM tidak bisa sendirian dalam melakukan ekspor. Maka perlu kerja sama dengan banyak pihak agar semakin tumbuh dan berkembang. Apalagi, pemerintah kini tengah menggenjot ekspor produk UMKM.
Ditargetkan tahun ini ekspor UMKM bisa mencapai 14 persen dan akan meningkat dua kali lipat pada 2024. Ia mengatakan, potensi perikanan di Indonesia melimpah, hasil produk sektor perikanan 96 persennya merupakan UMKM.
"Kita sudah bisa mulai mengkonsolidasi hasil nelayan. Kita punya potensi ikan begitu besar, sehingga ekspor kita hari ini ke China yang pasarnya begitu besar, sudah tepat," ujar Teten.
Ia mengatakan, pemerintah akan terus menjalin kerja sama dengan diaspora di berbagai negara. Ini bertujuan mempromosikan dan memasarkan produk UMKM melalui kerja sama antar entitas usaha (business to business) dan entitas usaha dengan konsumen (business to customer). Sementara dari pihak AeXI, bakal membantu edukasi, mengkurasi, dan menginkubasi produk supaya memiliki kualitas ekspor.
Menkop menyebutkan, ada empat komoditas ekspor yang tidak berhenti di tengah pandemi yaitu ikan, arang batok kelapa, rempah-rempah, dan buah. Keempat komoditas tersebut melibatkan banyak UMKM.
"Dari pengalaman banyak negara dan studi oleh UI, UMKM yang bisa tumbuh dan berkembang itu yang bermitra dengan usaha besar. Sayangnya, di kita baru lima persen sudah terhubung dengan usaha besar," kata Teten.