Rabu 26 Nov 2025 07:08 WIB

Ekonomi Palestina Anjlok 30 Persen akibat Perang di Gaza

Laporan UNCTAD ungkap kontraksi ekonomi paling tajam yang pernah dialami Palestina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Warga Palestina berjalan di antara bangunan yang hancur di Kota Gaza, Jumat, (24/10/2025). Pasca gencatan senjata, warga Gaza mencoba membangun kehidupan mereka kembali. Mereka mengais barang yang tersisa di antara reruntuhan bangunan.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina berjalan di antara bangunan yang hancur di Kota Gaza, Jumat, (24/10/2025). Pasca gencatan senjata, warga Gaza mencoba membangun kehidupan mereka kembali. Mereka mengais barang yang tersisa di antara reruntuhan bangunan.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) mengungkapkan, perang selama dua tahun terakhir di Jalur Gaza dan pembatasan ekonomi di Tepi Barat telah merontokkan pertumbuhan ekonomi Palestina yang sudah dicapai selama lebih dari dua dekade. Menurut UNCTAD, khusus untuk Gaza, proses pemulihannya dapat memakan waktu puluhan tahun. 

 

UNCTAD mengungkapkan, perekonomian di Jalur Gaza dan Tepi Barat berkontraksi sebesar 30 persen pada 2024 dibandingkan 2022, yakni ketika konflik di Gaza dimulai. Menurut UNCTAD, itu merupakan penurunan tertajam sejak mereka mulai menghimpun data pada 1972. 

 

Dalam pencatatan UNCTAD, kontraksi yang dialami Palestina saat ini lebih buruk dibandingkan pada era Intifada Kedua yang dimulai pada tahun 2000. "Apa yang kita saksikan hari ini sangat mengkhawatirkan. Operasi militer yang berkepanjangan, dikombinasikan dengan pembatasan yang telah berlangsung lama, telah mendorong ekonomi wilayah Palestina yang diduduki ke dalam penurunan terdalam yang pernah tercatat,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal UNCTAD, Pedro Manuel Moreno, kepada awak media di Jenewa, Swiss, Selasa (25/11/2025). 

 

Ekonom UNCTAD, Rami al-Azzeh, mengungkapkan, saat ini PDB per kapita di Gaza mencapai 161 dolar AS per tahun atau sekitar 44 sen per orang per hari. Menurut Rami, angka tersebut masuk ke tingkat terendah di dunia. 

 

"Dibutuhkan waktu puluhan tahun bagi Gaza untuk menghasilkan lebih banyak daripada yang dihasilkannya sebelum konflik dan untuk pulih sepenuhnya. Dan itu, tentu saja, jika semua kondisi berjalan ke arah yang benar," kata Rami al-Azzeh. 

 

photo
Seorang wanita duduk di dalam reruntuhan bangunan apartemennya yang hancur akibat pemboman Israel, di Kota Gaza, Jumat (14/11/2025). - ((AP Photo/Yousef Al Zanoun))

 

 

sumber : REUTERS
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement