Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia Februari 2020 mencapai US$ 13,94 miliar atau meningkat 2,24% dibanding ekspor Januari 2020. Demikian juga dibanding Februari 2019 meningkat 11%.
Ekspor nonmigas Februari 2020 mencapai US$ 13,12 miliar, naik 2,38% dibanding Januari 2020. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Februari 2019, naik 14,64%. Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Februari 2020 terhadap Januari 2020 terjadi pada logam mulia, perhiasan/permata sebesar US$ 263,9 juta (44,17%), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar US$ 211,3 juta (25,73%).
Komoditas lainnya yang juga meningkat nilai ekspornya adalah kendaraan dan bagiannya US$ 133,3 juta (21,61%); lemak dan minyak hewan/nabati US$ 130,4 juta (8,57%); barang tekstil jadi lainnya US$ 72,0 juta (404,48%); serta bahan bakar mineral US$ 62,4 juta (3,55%). Sementara komoditas yang menurun selain besi dan baja adalah alas kaki US$ 86,4 juta (20,36%); tembaga dan barang daripadanya US$ 44,0 juta (26,21%); pulp dari kayu US$ 41,7 juta (17,36%); serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) US$ 24,8 juta (8,15%)
"Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Februari 2020 naik 10,93% dibanding periode yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 15,30%, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 10,58%," ujar BPS dalam siaran pers di Jakarta hari ini (18/3/2020).
Ekspor nonmigas Februari 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$ 1,87 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,63 miliar dan Jepang US$ 1,14 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 35,32%. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$ 1,10 miliar. Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Februari 2020 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 4,72 miliar (17,13%), diikuti Jawa Timur US$ 3,30 miliar (11,95%) dan Kalimantan Timur US$ 2,51 miliar (9,09%).
Sementara itu, nilai impor Indonesia Februari 2020 mencapai US$ 11,60 miliar atau turun 18,69% dibanding Januari 2020, demikian juga apabila dibandingkan Februari 2019 turun 5,11%. Dimana impor nonmigas Februari 2020 mencapai US$ 9,85 miliar atau turun 19,77% dibanding Januari 2020 dan jika dibandingkan Februari 2019 juga turun 7,40%.
Penurunan impor nonmigas terbesar Februari 2020 dibanding Januari 2020 adalah golongan mesin dan perlengkapan elektrik sebesar US$ 485,9 juta (28,14%), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan gula dan kembang gula sebesar US$ 214,6 juta (557,40%).
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Februari 2020 ditempat oleh Tiongkok dengan nilai US$ 5,92 miliar (26,76%), Jepang US$ 2,38 miliar (10,77%), dan Singapura US$ 1,48 miliar (6,67%). Impor nonmigas dari ASEAN US$ 4.713,2 (21,29%), sementara dari Uni Eropa US$ 1.965,0 juta (8,88).
"Nilai impor golongan bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari–Februari 2020 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 4,80% dan 10,64%. Sebaliknya, nilai impor golongan barang konsumsi meningkat 5,28%," tulis BPS.
Adapun impor migas Februari 2020 mencapai US$ 1,75 miliar atau turun 12,05% dibanding Januari 2020, namun jika dibandingkan Februari 2019 naik 10,33%.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id