Kamis 27 Feb 2020 23:43 WIB

Forum Ekonomi Manusiawi Dorong Akselerasi Ekonomi Syariah

Mewujudkan cita-cita ekonomi syariah membutuhkan kerja sama.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bersama Perkumpulan Organisasi Pengelola Zakat (POROZ) dan Wadah Pencerdasan Umat Malaysia (WADAH) menyelenggarakan Forum Ekonomi Manusiawi di Gedung Menara Dakwah, Jakarta Pusat, Kamis
Foto: Republika/Muhyiddin
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bersama Perkumpulan Organisasi Pengelola Zakat (POROZ) dan Wadah Pencerdasan Umat Malaysia (WADAH) menyelenggarakan Forum Ekonomi Manusiawi di Gedung Menara Dakwah, Jakarta Pusat, Kamis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bersama Perkumpulan Organisasi Pengelola Zakat (POROZ) dan Wadah Pencerdasan Umat Malaysia (WADAH) menyelenggarakan Forum Ekonomi Manusiawi di Gedung Menara Dakwah, Jakarta Pusat, Kamis (27/2). Kegiatan ini mengangkat tema "Komparasi Negeri Jiran, Alternatif Tata Kelola Ekonomi Inklusif, Zakat, dan Wakaf.   

Saat menjadi pembicara kunci acara tersebut, Sekretaris Umum DDII, Avid Solihin, mengatakan, Indonesia-Malaysia sebelumnya sudah pernah mengadakan pertemuan besar dalam rangka kerjasama perekonomian pada 2014 lalu.   

Baca Juga

Karena itu, dia berharap hasil kegiatan Forum Ekonomi Manusiawi ini bisa mendorong kembali kerjasama antara Indonesia dan Malaysia, khususnya di bidang ekonomi syariah. 

"Semoga hasil diskusi Forum Ekonomi Manusiawi ini turut mendorong akselerasi kerjasama kedua negara," ujar Avid di di Gedung Menara Dakwah, Jakarta Pusat, Kamis (27/2). 

Dia menjelaskan, dunia saat ini memerlukan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, inklusif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Untuk itu, sistem ekonomi Kapitalisme harus diganti dengan sistem ekonomi yang lebih efisien, hemat dan tidak merusak lingkungan hidup.  

Selain itu, menurut dia, sistem ekonomi yang baru harus dapat mendistribusikan kue pertumbuhan ekonomi untuk mensejahterakan suluruh warga dunia secara berkeadilan dan berkelanjutan. 

"Itulah yang kita yakini sebagai ekonomi Islam. Ekonomi syariah, yang insya Allah sesuai dengan fitrah kemanusiaan," ucap Avid.  

Refinitiv mencatat, peringkat Islamic Finance Development Indicators (IFDI) Indonesia 2019 naik ke posisi empat dunia dari sebelumnya peringkat kesepuluh. Karena itu, dia bersyukur di tengah sistem kapitalisme liberal yang semakin destruktif perkembangan sektor keuangan syariah di Indonesia semakin baik.

"Alhamdulillah di tengah sistem kapitalisme liberal yang semakin destruktif, perkembangan sektor keuangan syariah di Indonesia saat ini sudah semakin baik," kata Avid. 

Forum Ekonomi Manusiawi ini menghadirkan pembicara dari Indonesia dan Malaysia. Narasumber dari Indonesia di antaranya, Komisioner BAZNAS Nana Mintari, Komisioner Badan Wakaf Indonesia (BWI) Hendry Tanjung, dan Ketua STEI SEBI Sigit Pramono. Sedangkan dari Malaysia, Chairman WADAH Selangor Nik Mohd Yusoff bin Nik Ismail dan Guru Besar Ekonomi Universiti Teknomogi MARA, Malaysia, Prof Saadiah binti Mohamad.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement