REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso memastikan harga beras menjelang puasa masih tetap terkendali. Ia menyebut, permintaan beras Bulog yang disiapkan untuk operasi pasar beras juga masih cenderung stabil.
"Stok beras di pasar masih banyak. Buktinya, kita suplai beras ke pasar-pasar masih ditolak karena dia masih kelebihan stok. Itu berarti beras masih aman," kata Buwas, sapaan akrabnya, di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Rabu (19/2).
Ia mengatakan, di beberapa daerah memang terdapat kenaikan harga beras. Namun, hal itu lebih diakibatkan oleh tingginya harga gabah di petani saat ini. Situasi itu menimbulkan efek psikologis pasar sehingga berdampak pada kenaikan harga beras di tingkat konsumen.
Oleh sebab itu, Bulog akan terus melanjutkan operasi pasar di setiap daerah demi mencegah potensi gejolak harga menjelang bulan puasa. Terlebih, kata dia, mafia beras kemungkinan masih akan terus mencari peluang untuk mempermainkan harga beras demi mengambil keuntungan.
"Secara keseluruhan beras dalam negeri sangat aman. Soal potensi mafia, itu terserah Satgas Pangan mau diapakan," katanya.
Mengutip data Bulog per 19 Februari 2020, total stok beras yang tersimpan di gudang Bulog masih sebesar 1,7 juta ton. Sekitar 150 ribu ton di antaranya merupakan beras komersial yang diperdagangkan secara bebas sedangkan 1,6 juta ton sisanya merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP).
Adapun total beras CBP yang disalurkan dalam operasi pasar kurun waktu 1 Januari 2019 - 19 Februari 2020 mencapai 247 ribu ton atau sekitar 49 ribu ton per hari.
Sementara itu, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat, beras kualitas medium I turun 1,26 persen menjadi Rp 11.750 per kg dan beras kualitas medium II stagnan Rp 11.700 per kg. Adapun utk beras kualitas super I turun 1,53 persen menjadi Rp 12.900 per kg sedangkan kualitas super II turun 0,79 persen menjadi Rp 12.500 per kg.