Jumat 07 Feb 2020 16:34 WIB

Mangkrak 14 Tahun, BPH Migas Lanjutkan Proyek Pipa Cirebon

Pipa gas ruas transmisi Cirebon-Semarang dibangun berdasarkan Rencana Induk pada 2006

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bersama Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Rekayasa Industri melakukan groundbreaking pembangunan pipa gas ruas transmisi Cirebon-Semarang yang bertempat di Rest Area Tol KM 379A, Ruas Tol Semarang-Batang, pada Jumat, (7/2).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bersama Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Rekayasa Industri melakukan groundbreaking pembangunan pipa gas ruas transmisi Cirebon-Semarang yang bertempat di Rest Area Tol KM 379A, Ruas Tol Semarang-Batang, pada Jumat, (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Rekayasa Industri melakukan groundbreaking pembangunan pipa gas ruas transmisi Cirebon-Semarang, di Rest Area Tol KM 379A, Ruas Tol, pada Jumat, (7/2). Realisasi proyek ini sudah sangat ditunggu, sebab telah tertunda selama hampir 14 tahun.

Perlu diketahui, pipa gas ruas transmisi Cirebon-Semarang dibangun berdasarkan Rencana Induk pada 2006. Waktu itu BPH Migas telah melelang proyek tersebut lalu PT Rekayasa Industri (Rekind) ditetapkan sebagai pemenangnya, sesuai Surat Keputusan Kepala BPH Migas Nomor 035/Kpts/PL/BPH Migas/Kom/III/2006 pada 21 Maret 2006.

Baca Juga

"Proyek ini sudah lama dipegang Rekayasa Industri, kami selalu berkomitmen pada pembangunan ini. Sesuai tugas, kami nggak hanya profit oriented tapi agent development," ujar Direktur Utama PT Rekayasa Industri Yanuar Budinorman kepada wartawan dalam konferensi pers di Rest Area Tol KM 379A, Ruas Tol Semarang-Batang, Jumat, (7/2).

Ia menjelaskan, tertundanya pembangunan pipa gas itu dikarenakan belum adanya ketersediaan gas yang akan disalurkan. Tahun ini, lanjutnya, persediaan gasnya sudah ada.

"Sekarang waktunya dibangun, karena kalau nggak ada gasnua juga mangkrak proyek ini, nggak ada isinya. Kini sudah tahu gasnya dari mana saja, bisa ditambahkan dari ladang Bojonegoro, dan lainnya, kalau habis Pertamina akan mulai gas prosesing," jelas Yanuar.

Dia berharap, pembangunan pipa gas sepanjang 255 kilometer (km) tersebut bisa berdampak positif. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah bisa semakin meningkat.

Ia optimistis proyek ini bisa dikerjakan dalam waktu 24 bulan. "Tahap pertama kita sudah lakukan. Dari pengalaman, ini bisa selesai tepat waktu," tegasnya.

Dirinya memastikan pula, pipa gas berdiameter 28 inci dengan kapasitas 350 sampai 500 MMSCFD tersebut tidak akan bocor. Hal itu karena, dibangun di kedalaman tiga meter.

Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa menambahkan, paling lambat pembangunan pipa gas itu akan selesai pada 7 Februari 2022. "Ini adalah komitmen kita, 14 tahun waktu yang cukup panjang maka kita wujudkan akhirnya wacana 14 tahun," ujar dia pada kesempatan serupa.

Pria yang akrab disapa Ifan tersebut menjelaskan, ini pertama kalinya investasi masuk ke sektor energi di hilirisasi. ia melanjutkan, Sejak September 2017 secara aktif BPH Migas melakukan koordinasi dengan PT Rekayasa Industri, Ditjen Migas, SKK Migas dan pihak terkait untuk mendorong agar pembangunan pipa gas ruas Cirebon-Semarang dapat terlaksana.

Dirinya berharap, pembangunan pipa gas ini dapat mendorong terbangunnya Wilayah Jaringan Distribusi (WJD) di sepanjang ruas pipa. Dengan begitu akan mendukung pengembangan Kawasan-kawan industri baru di sepanjang jalur pipa Cirebon–Semarang yang akan menggunakan gas bumi sebagai energi bersih dan lebih murah dibandingkan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Dalam Peraturan Presiden Nomor 79 tahun 2019 dikatakan, percepatan dan pemerataan pembangunan ekonomi Kawasan di Jawa Tengah di antaranya quick win pengembangan Kawasan Industri Kendal dan quick win Kawasan Industri Brebes. Maka Ifan berharap pembangunan ruas pipa gas Transmisi Cirebon-Semarang bisa menjadi salah satu solusi mengatasi belum optimalnya pengembangan wawasan industri yang disebabkan terhambatnya infrastruktur energi sehingga belum dapat menjamin ketersediaan pasokan dan kontinuitas energi khususnya gas bumi sebagai bahan bakar maupun bahan baku Industri di Jawa Tengah.

Selain itu, lanjutnya, di sepanjang ruas pipa Transmisi Gas Bumi Cirebon-Semarang, BPH Migas telah mengusulkan kepada Menteri ESDM berdasarkan usulan dari Badan Usaha untuk memasukkan WJD gas bumi yaitu Kabupaten Semarang, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes dan Cirebon agar masuk ke Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), di sepanjang ruas transmisi ini terdapat 2.632.668 Rumah Tangga yang potensial menjadi konsumen Jaringan Gas Rumah Tangga (Jargas) yang harganya sesuai amanat Undang-Undang ditetapkan oleh BPH Migas.

 “Kemudian berkaitan ekspor gas bumi ke Singapura yang tidak akan diperpanjang pada 2023 dan akan dialihkan untuk pemanfaatan gas di dalam negeri. Maka pembangunan pipa Cirebon- Semarang akan sangat bermanfaat dalam mendukung terintegrasinya pipa gas bumi trans Sumatera dan Jawa," tuturnya.

Ke depan, Ifan menyatakan, BPH Migas akan melaksanakan lelang ruas pipa transmisi seperti Ruas Dumai–KEK Seimangke serta Lelang WJD yang telah diusulkan oleh Badan Usaha sejumlah 193 wilayah. Tujuannya meningkatkan pemanfaatan gas bumi di Indonesia.

Sebagai informasi, groundbreaking pembangunan pipa gas ruas transmisi Cirebon-Semarang, di Rest Area Tol KM 379A, Ruas Tol Semarang-Batang, dihadiri pula oleh Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) sekaligus ulama besar Habib Luthfi bin Yahya. Ia menyatakan dukungannya terhadap pembangunan fasilitas ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement