Kamis 02 Jan 2020 10:29 WIB

Bank Sentral Cina Bebaskan 115 Miliar Dolar AS untuk Ekonomi

Pembebasan dana oleh Bank Sentral Cina agar bank dapat meminjamkan dana ke pengusaha.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Bank Sentral Cina. ilustrasi
Bank Sentral Cina. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- People’s Bank of China (PBOC) memangkas rasio persyaratan cadangan bank (reserve requirement ratio/ RRR) sebesar 50 basis poin per Senin (6/1) untuk menopang perlambatan ekonomi. Langkah yang disampaikan bank sentral pada Rabu (1/1) ini akan membawa tingkat RRR untuk bank-bank besar turun menjadi 12,5 persen.

PBOC telah memotong RRR delapan kali sejak awal 2018 untuk membebaskan lebih banyak dana bagi perbankan. Tujuannya, agar mereka dapat meminjamkan dana ke perusahaan kecil dan swasta, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang kini melambat ke laju terlemah dalam hampir 30 tahun.

Dilansir Reuters, Kamis (2/1), bank sentral Cina memotong jumlah uang tunai yang dimiliki semua bank sebagai cadangan senilai 800 miliar yuan atau sekitar 114,91 miliar dolar AS.

Ekonom Bank Minisheng di Beijing Wen Bin mengatakan, pemotongan RRR sebaiknya dilanjutkan dengan pemotongan suku bunga pinjaman baru (Loan Prime Rate/ LPR) bulan ini. Tapi, setidaknya, pemotongan RR akan membantu meningkatkan kepercayaan investor.

"Sekaligus mendukung ekonomi yang secara bertahap stabil," ucapnya.

Harapan Bin juga menjadi harapan banyak investor. Sebab, mereka maupun para analis tidak yakin apakah kebijakan RRR semata dapat terbukti berkelanjutan menopang pertumbuhan perekonomian yang diprediksi akan terus mendingin pada tahun ini. Pesimisme itu dirasakan di tengah tanda-tanda perbaikan kondisi perang dagang Cina dengan Amerika.

Perdana Menteri Li Keqiang sempat berbicara pemotongan RRR pada akhir Desember. Menurutnya, pihak berwenang sedang mempertimbangkan lebih banyak langkah untuk menurunkan biaya bagi perusahaan kecil. Termasuk melalui peluasan basis pengurangan RRR dan menargetkan ke sektor-sektor yang memang lebih rentan.

Membebaskan lebih banyak likuiditas sekarang juga akan mengurangi risiko krisis kredit menjelang liburan panjang Tahun Baru Imlek pada akhir Januari, ketika permintaan uang tunai melonjak. Catatan utang dan permasalahan di beberapa bank kecil diketahui telah menambah ketegangan pada sistem keuangan Cina belakangan ini.

Dari catatan terbaru yang dikeluarkan PBOC, bank kecil dan menengah akan menerima sekitar 120 miliar yuan. PBOC menekankan dana tersebut harus digunakan untuk mendanai usaha kecil dan lokal.

Selama ini, perusahaan swasta kecil memang kerap mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses pembiayaan. Bank-bank komersial enggan memberikan pinjaman lebih rendah kepada perusahaan kecil karena dianggap mempunai risiko kredit lebih besar dibandingkan perusahaan skala nasional.

Dalam beberapa bulan terakhir, Cina juga telah memulai melakukan pemotongan moderat dalam suku bunga pinjaman untuk menurunkan biaya pembiayaan perusahaan. Kebijakan ini diharapkan banyak pengusaha kecil untuk lebih intensif dilakukan sepanjang 2020.

Ekonom senior di Bank of Communications di Shanghai, Tang Jianwei, mengharapkan PBOC dapat memangkas dua hingga tiga kali pemotongan RRR di tahun ini. Selain itu, pengurangan 25 sampai 30 basis poin lebih lanjut untuk suku bunga dasar pinjaman.

Tapi, para pejabat terus berhati-hati dalam memberikan stimulus. Berulang kali, mereka berjanji tidak akan menggunakan stimulus secara terus menerus seperti 'banjir'. Cara itu sempat dihadapi saat kemerosotan ekonomi masa lalu yang meninggalkan tumpukan utang dan memicu kekhawatiran gelembung pasar properti.

Cina menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada sekitar enam persen di tahun ini. Pencapaian target itu sangat tergantung pada peningkatan belanja infrastruktur negara. Pertumbuhan ekonomi Cina diketahui mengalami perlambatan signifikan, dari 6,8 persen pada 2017 menjadi enam persen pada kuartal ketiga 2019, paling lambat sejak awal 1990-an.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement