Senin 28 Jul 2025 10:16 WIB

Indef: Fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ Tak Hanya Terjadi di Mal, tapi juga Belanja Daring

Indef minta pemerintah beri stimulus agar kelas menengah kembali aktif berbelanja.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Banyak calon konsumen aktif melihat-lihat produk di e-commerce, tetapi tidak langsung menyelesaikan transaksi karena berbagai pertimbangan ekonomi. (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Banyak calon konsumen aktif melihat-lihat produk di e-commerce, tetapi tidak langsung menyelesaikan transaksi karena berbagai pertimbangan ekonomi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menilai fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana) sebagai sinyal serius dari tekanan ekonomi yang dialami masyarakat kelas menengah. Ia memandang penurunan pendapatan menyebabkan banyak orang datang ke pusat perbelanjaan hanya untuk sekadar berjalan-jalan tanpa bertransaksi.

"Ini berkaitan dengan daya beli. Pendapatan rata-rata masyarakat turun, akhirnya mereka ke mal hanya untuk refreshing, namun minim berbelanja," ujar Eko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (28/7/2025).

Baca Juga

Menurutnya, gejala serupa juga merambah ke platform belanja daring. Banyak calon konsumen aktif melihat-lihat produk di e-commerce, tetapi tidak langsung menyelesaikan transaksi karena berbagai pertimbangan ekonomi.

"Belanja online juga menghadapi masalah yang sama. Mereka hanya lihat-lihat produk, tapi tidak segera check out. Mereka cenderung menunggu diskon," ucap Eko.

Melihat tren tersebut, Eko mendorong pemerintah untuk mengambil langkah konkret mengatasi persoalan ini. Ia menyarankan agar pemerintah menyiapkan stimulus ekonomi yang ditujukan khusus untuk kelompok kelas menengah agar daya beli bisa kembali tumbuh.

"Pemerintah perlu membuat stimulus ekonomi untuk kelas menengah karena 'Rojali' dan 'Rohana' umumnya masuk kategori kelas menengah," lanjut Eko.

Ia meyakini intervensi pemerintah dapat memberikan dampak signifikan dalam memitigasi gejala tersebut. Berbagai insentif, menurut Eko, dapat menggairahkan kembali aktivitas transaksi di pusat perbelanjaan.

"Diskon listrik, menaikkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bisa jadi opsi agar mereka kembali belanja lebih banyak," kata Eko.

Selain dukungan dari sisi pemerintah, Eko juga menekankan pentingnya adaptasi dari pelaku usaha ritel, khususnya yang berada di pusat perbelanjaan. Dalam kondisi daya beli yang lemah, pelaku usaha perlu menyusun ulang strategi produk dan harga agar tetap relevan dengan kebutuhan konsumen.

"Di sisi lain, pengusaha di mal juga harus menyesuaikan produk dengan kondisi daya beli saat ini," ujar Eko.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement