REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Keputusan Boeing Co untuk menghentikan produksi pesawat terlarisnya 737 MAX yang terlibat dalam dua kecelakaan fatal diprediksi akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan kepegawingan AS. Efek dari penghentian produksi kemungkinan akan merembet ke sektor ekonomi lainnya.
Boeing belum mengatakan berapa lama produksi akan dibekukan. Akan tetapi, Masyarakat Karyawan Teknik Profesional di Aerospace, sebuah serikat pekerja yang mewakili Boeing dan para pekerja pemasoknya sudah menyatakan sikap.
"Perusahaan mengharapkan penghentian akan diukur dalam beberapa minggu, bukan hari," kata mereka dikutip Reuters, Rabu (18/12).
Meskipun Boeing mengatakan tidak akan memberhentikan satu dari sekitar 12.000 karyawan yang membuat 737, para ekonom mengharapkan beberapa dari perusahaan dalam rantai pasok akan memberhentikan karyawan atau mengurangi jam kerja. Setidaknya ada lebih dari 600 perusahaan kecil dalam rantai pasok.
Perkembangan ini akan berdampak pada data ketenagakerjaan AS Spirit Aero Systems Holdings Inc yang berbasis di Kansas. Mereka telah memangkas kontraktor dan untuk sementara waktu mengurangi masa kerja karyawan menjadi 32 jam pada Juni. Mereka kembali ke pekerjaan penuh waktu pada bulan September, di mana Boeing memiliki ketenagakerjaan terbesar.
Boeing membuat sekitar 70 persen dari bagian-bagian 737 dan mempekerjakan 17.000 orang di seluruh dunia, termasuk lebih dari 10.000 di Wichita. Ia adalah perusahaan terbesar di kota berpenduduk sekitar 390.000 orang dengan tingkat pengangguran 3,1 persen. Seattle, tempat sebagian besar basis karyawan Boeing berada, memiliki tingkat pengangguran 3,3 persen.