REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Doni P Joewono optimistis masuknya arus investasi ke Jawa Barat hingga Rp 53 triliun dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di atas 0,5 persen. Sebagian besar investasi ini masih pada tahap pengurusan izin.
"Kontribusi rumah tangga di Jabar 60 persen, investasi 20 persen, pemerintahan 10 persen, nah nanti kita hitung dulu," ujar Doni pada acara West Java Investment Summit (WJIM) 2019 di Trans Luxury Hotel, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Jumat (18/10).
Jika 20 persen investasi bernilai Rp 70 triliun, hal ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi 0,5 sampai 0,9 persen.
Namun, masuknya arus investasi ke Jabar diperkirakan baru bisa dirasakan dampaknya tahun depan. Komitmen investasi yang dilakukan hari ini di WJIM senilai Rp 53 triliun, sebagian besar masih pada tahap pengurusan izin. Selain itu, realisasi investasi diperkirakan akan bertahap.
"Jadi mungkin kontribusi terhadap pertumbuhan tahun depan dari investasi ini sekitar 0,3 hingga 0,4 persen. Karena value added-nya diperkirakan baru dirasakan tahun depan," kata Doni.
Doni mengaku, kondisi global sangat berdampak terhadap ekonomi Jabar. Karena 42 persen pertumbuhan ekonomi Jabar ditopang manufaktur. Sementara manufaktur yang didorong TPT dan otomotif, mengalami stagnasi ekspor akibat kondisi ekonomi global.
Doni memprediksi, pertumbuhan ekonomi Jabar pada tahun ini berkisar 5,55 persen atau sedikit tumbuh melambat dari tahun lalu samudra 5,65 persen. Imbas ekonomi pertambahan ekonomi global diperkirakan bakal terjadi antara dua hingga tiga tahun ke depan.
"Jabar ini paling terkena dampak, karena manufaktur 42 persen," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, Jabar harus mencari pertumbuhan ekonomi baru. Misalnya ke sektor wisata dan industri kreatif.
"Karena leisure tidak akan terdampak kondisi ekonomi dunia," kata Doni.