Kamis 17 Oct 2019 16:47 WIB

Investor Asing Masih Tertarik Masuk Indonesia, Ini Alasannya

Tiga pemeringkat utang internasional memberikan peringkat BBB untuk Indonesia.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Investasi di Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) menilai investor asing masih tertarik menanamkan modal di Indonesia. Hal tersebut lantaran kondisi makro ekonomi Indonesia yang terbilang stabil di tengah tekanan kondisi global. 

Kondisi makro yang stabil tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Isu perang dagang sudah dimulai sejak Maret 2018 yang terjadi berkepanjangan sehingga berdampak pada perlambatan ekonomi global. Tapi pada kenyataannya proyeksi 2019 masih mampu di level 5,2 persen," kata analis PHEI, Lili Indarli, Rabu (16/10).

Baca Juga

Menurut Lili, dalam menanamkan modalnya, investor tidak hanya mencari yield yang tinggi. Investor biasanya juga akan memperhatikan persepsi risiko dari pemeringkat utang. Seperti diketahui, tiga pemeringkat utang internasional memberikan peringkat BBB untuk Indonesia.

Beberapa di antaranya bahkan menaikkan peringkat dari BBB-. Ini artinya, risiko gagal bayar utang Indonesia semakin rendah. Menurut Lili, salah satu faktor diinaikkannya peringkat utang ini yaitu pertumbuban ekonomi Indonesia yang tetap stabil atau masih berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia. 

Dari sisi inflasi, Indonesia juga masih berada dalam target BI, yaitu 3,35 persen. Padahal saat ini tren inflasi di sejumlah negara saat ini sedang cenderung meningkat. Oleh karena itu, investor juga merasa aman imberinvestasi di Indonesia. 

Sedangkan melihat kinerja rupiah, walaupun saat ini Indonesia ada di dalam tren terdepresiasi, pada 2018 lalu rupiah sempat mengalami apresiasi dan menguat 2,54 persen. Di sisi neraca perdagangan, walaupun kinerja masih defisit namun secara ytd pada periode yang sama tidak selebar 2018. Begitu pula dengan cadangan devisanya terjadi peningkatan jika dibandingkan 2018. 

Meski demikian, Lili mengatakan, pemerintah harus tetap mewaspadai adanya kemungkinan perlambatan ekonomi. Kemungkinan pada 2020 tekana  global masih akan sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement