REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak pernah berhenti belajar. Itulah mottonya dalam menjalani hidup. Meskipun, Titiek Partina (50) telah menekuni batik sejak enam tahun lalu. Namun, dia terus belajar membatik bersama sahabatnya.
“Saya punya teman di Imogiri melatih batik juga. Saya datang bawa kain sendiri, mencoba pelan-pelan dan hasilnya bagus. Saya jadi senang dan mau belajar terus,” katanya.
Batik sudah menjadi hobinya sejak masih menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Setiap waktu senggang, dia terus belajar membatik.
Pada 2013, dia mulai belajar membatik bersama UNESCO di Candi Sojiwan. Sejak itu, dia terus belajar membatik selama lebih dari 10 jam setiap hari.
“Kemauan kuat untuk belajar membuat saya bisa seperti ini. Dulu waktu masih kerja, saya setiap hari libur dipakai untuk belajar batik. Setelah pensiun, saya setiap hari belajar membatik,” ujarnya.
Babak baru Titiek terjadi saat dirinya pensiun dari PNS. Dia memutuskan untuk mendirikan usaha batik tulis bernama 'Giriwangi' bersama sang suami. Usia bukan halangan bagi ibu satu anak ini dalam membangun usahanya. Selain mendirikan usaha, dia juga membuka kelas belajar membatik dengan teman-temannya.
Pada 2015, modal awal didapatnya dari Amartha. Kala itu, dia meminjam modal usaha sebesar Rp 2 juta. Modal itu dipakainya untuk membeli peralatan batik serta kain.
“Modal awal, saya pakai untuk beli kain, beli malam, sama beli kompor listrik juga,” ujarnya.
Tak disangka, usaha batiknya terus berkembang. Bahkan, dia mengikuti salah satu pameran produk kerajinan terbesar di Asia Tenggara yaitu, International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) di Jakarta.
Dia juga membuka toko di kawasan Mangga Dua dan Thamrin City, Jakarta. Bisnisnya pun terus berkembang hingga kini.
“Saya sering diundang ke pameran. Di INACRAFT juga tiap tahun diundang,” ujar dia.
Pelatihan Bisnis dan Keuangan
Di Amartha, Titiek juga mendapatkan pelatihan bisnis dan keuangan. Selain itu, pelayanan Amartha juga sangat membantu usahanya menjadi lebih baik dan maju. Kini, beberapa saudara dan temannya juga ikut meminjam di perusahaan yang berdiri sejak 2010 itu.
“Sebelumnya, ada beberapa kenalan yang sudah bergabung bersama Amartha. Jadi sekitar tahun 2014 saya sudah tahu Amartha. Tapi, baru tahun 2015 bergabung. Alhamdullilah, pinjaman dan pengembalian saya tidak ada masalah. Amartha juga terus memberikan pelatihan kepada kami,” ujar dia.
Amartha merupakan perusahaan fintech peer to peer lending yang fokus memberikan pendanaan kepada pelaku usaha mikro perempuan di pedesaan. Titiek adalah salah satu perempuan tangguh di Amartha di Yogyakarta yang sukses membangun bisnisnya.