Rabu 11 Sep 2019 15:48 WIB

AAJI: Penyehatan Jiwasraya dan Bumiputera Mendesak

Kondisi asuransi Jiwasraya dan Bumiputera mendapat sorotan Bank Dunia.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyelenggarkan konferensi pers kinerja semester dua 2019 di Kantor AAJI, Jakarta, Rabu (11/9).
Foto: Republika/Novita Intan
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyelenggarkan konferensi pers kinerja semester dua 2019 di Kantor AAJI, Jakarta, Rabu (11/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebut permasalahan Asuransi Jiwasraya dan AJB Bumiputera sudah mendesak diselesaikan oleh otoritas terkait. Sebab, kedua asuransi jiwa ini memiliki kontrak jangka panjang dengan para nasabah.

Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu mengatakan pemerintah dan otoritas terkait harus segera mengambil solusi dan bertindak cepat dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Apabila dibiarkan secara terus menerus maka menumpuk permasalahan dari tahun ke tahun.

Baca Juga

“Ini kan asuransi jiwa yang kontraknya jangka panjang, semakin ditunggu kalau satu perusahaan asuransi jiwa mulai bermasalah, lebih baik diselesaikan tahun ini daripada tahun depan. Karena kalau tahun depan lubangnya lebih besar, masih lebih bagus diselesaikah tahun depan daripada dua tahun lagi, lubang itu makin besar,” ujarnya saat konferensi pers kinerja AAJI semester I 2019 di Kantor AAJI, Jakarta, Rabu (11/9).

Permasalahan tersebut juga telah disoroti oleh Bank Dunia dalam paparannya bertajuk Global Economic Risk and Implications for Indonesia. Bank Dunia menganjurkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar melakukan pengawasan terhadap konglomerasi keuangan.

“Perusahaan tersebut (Jiwasraya dan AJB Bumiputera) mungkin menjadi tidak likuid dan membutuhkan perhatian segera,” seperti dikutip dari paparan Bank Dunia.

Togar menyebut munculnya laporan Bank Dunia semakin membuat pemerintah dan otoritas terkait dapat mengambil sikap penyelesaiaan permasalahan yang dihadapi sebagian anggota AAJI. Mengingat permasalahan kedua asuransi ini dibiarkan selama tiga tahun terakhir.

“Dua nggota AAJI yang stau milik pemerintah jadi tidak usah worry dan yang satu memang sudah bleeding sejak tahu 80an. Saya pikir sudah pada tahu. Ini kan cuma puncak dari gunung itu sendiri  jadi kembali ada baiknya pada pihak terkait OJK, Worl Bank, presiden duduk sama cari solusi,” ucapnya.

Sementara Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menambahkan kedua perusahaan itu merupakan dua anggota dari AAJI. Sebelum Bank Dunia menyorot kedua perusahaan itu, pihak asosiasi juga sudah berkali-kali melakukan pembicaraan untuk pencarian solusi masalah.

"Bank Dunia menyinggung dua perusahaan asuransi anggota AAJI, kita sebelumnya sudah berkali-kali bciara dan ini jadi perhatian kita bersama. Menurut Bank Dunia rasanya urgensi penyelesaian masalah yang dihadapi anggota kita ini jauh lebih urgent," ucapnya.

Menurutnya bisnis industri asuransi yang harus diperhatikan adalah performa karena akan berpengaruh pada kepercayaan masyarakat. Semisal, jika ada perusahaan asuransi jiwa yang bermasalah maka prinsipnya lebih baik diselesaikan tahun ini daripada tahun depan, karena bisa lebih berat.

"Kami mengharapkan pihak terkait itu segera bisa mengambil solusi atau tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan dua masalah ini. Tapi dalam diskusi AAJI salah satu hal yang diutamakan adalah kepentingan dan hak pemegang polis," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement