Jumat 09 Aug 2019 10:53 WIB

Situasi Domestik Kondusif, Indonesia Makin Dilirik Investor

Alokasi pengeluaran pemerintah dinilai disukai pasar.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Investasi
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Pada kuartal kedua 2019, Indonesia mengalami dua peristiwa yang cukup berdampak bagi perekonomian domestik yakni penetapan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024 dan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia di  bulan Juli 2019. Dengan kondusifnya  politik dan ekonomi dalam negeri dan perlambatan ekonomi global, Indonesia  makin dilirik oleh  investor.

Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya menyebutkan bahwa dengan ditetapkannya Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia 2019-2024 berakhir sudah pertarungan politik dengan kondusif. Menurutnya, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana Jokowi membentuk kabinet dengan dasar koalisi yang kuat agar berbagai kebijakan dan program berjalan lancar saat di parlemen serta menjaga stabilitas politik. 

Baca Juga

"Jika stabilitas politik  terjaga, tentunya ekonomi pun akan stabil dan dapat menarik  investor,”  kata Yunarto dalam diskusi Market  Update  2019 dan New Synergy Bank Commonwealth and Sucor Asset Management, di Jakarta, Kamis (8/8).

President Director Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana menjelaskan terpilih kembalinya Joko Widodo pada Pilpres 2019 untuk periode kedua dan terakhir kali ini mengindikasikan bahwa arah alokasi spending pemerintah akan kembali pada arah yang lebih disukai pasar, dibandingkan arahan spending yang nampak sepanjang tahun politik 2019. Kemungkinan yang lebih besar untuk terjadi adalah pemerintah akan lebih leluasa mengambil keputusan yang disukai pasar dibandingkan keputusan populis, sehingga diyakini mampu untuk membangun optimisme investor yang lebih baik lagi. 

Selain itu, kondisi pasar domestik sangat  dipengaruhi oleh kondisi pasar global. Ketegangan hubungan dagang antara Amerika  Serikat dan Cina yang berlanjut terus semakin menekan volume perdagangan dunia dan berakibat pada perlambatan ekonomi global.  

"Di satu sisi negara-negara berkembang  akan mendapatkan keuntungan dari perang dagang ini. Dimana ekspor ke kedua negara tersebut akan naik karena perdagangan antarkedua  Negara  berkurang,” jelas Jemmy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement