REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I 2019 mencapai 5,1 persen. Keyakinan tersebut berdasarkan realisasi sejumlah asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang mendukung pertumbuhan.
"Kita melihat realisasi semester I, pertumbuhan ekonomi di 5,1 persen. Ini masih estimasi karena Badan Pusat Statistik baru mengeluarkan hasilnya bulan Agustus," kata Sri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/7).
Sri mengatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi dunia mengalami tekanan yang cukup kuat, kondisi perekonomian domestik masih berada dalam koridor positif. Hal itu terlihat dari laju konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat dan mendominasi sebagai penopang pertumbuhan.
Sementara itu, dari segi aliran investasi langsung di sektor riil yang juga menjadi penopang pertumbuhan masih mengalami perlambatan. Hal itu, kata Sri, lagi-lagi diakibatkan oleh eskalasi ekonomi global yang membuat tekanan akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina.
"Kita melihat konsumsi masih kuat dan tinggi, tapi di sisi lain kami melihat investasi mengalami kecenderungan melambat," ujar Sri.
Sebagai informasi, pada kuartal I (Januari-Maret) 2019, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,07 persen. Konsumsi rumah tangga berperan lebih dari 50 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Adapun dari segi pengeluaran, pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tembus mencapai 6,58 persen. Adapun dari segi lapangan usaha, struktur pertumbuhan ekonomi didominasi oleh sektor industri yang tumbuh 3,86 persen.
Lebih lanjut, selain pertumbuhan ekonomi, Sri menyampaikan, realisasi inflasi selama semester I 2019 sebesar 3,3 persen. Angka itu masih berada dalam rentang target pemerintah sebesar 3,5 plus minus 1 persen.
Adapun untuk nilai tukar rupiah, ia mengatakan rata-rata berada di level Rp 14.197 per dolar AS atau lebih kuat dari pada asumsi pemerintah sebesar Rp 15.000 per dolar AS.