Senin 08 Jul 2019 17:59 WIB

Jokowi Sebut Impor Migas Tinggi, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Realisasi produksi migas nasional sepanjang Semester I 2019 di bawah asumsi awal APBN

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Menko PMK Puan Maharani (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) disaksikan Menko Perekonomian Darmin Nasution sebelum mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (8/7/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menko PMK Puan Maharani (kiri) berbincang dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) disaksikan Menko Perekonomian Darmin Nasution sebelum mengikuti Sidang Kabinet Paripurna di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (8/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan alasan di balik tingginya impor migas yang berkontribusi pada defisit neraca perdagangan. Isu soal defisit neraca perdagangan memang menjadi pembahasan utama dalam sidang kabinet yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor, Senin (8/7).

Presiden bahkan menegur Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkait tingginya impor migas ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, defisit neraca dagang migas mencapai 3,74 miliar dolar AS.

Baca Juga

Sri Mulyani beralasan, realisasi produksi migas nasional sepanjang semester I 2019 di bawah asumsi awal yang tercatat dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

"Jadi, dari sisi kuantitatif turun. Tahun ini juga kebetulan kurs maupun harga minyak lebih rendah, jadi penerimaan kita dari sisi migas mengalami penurunan, namun kebutuhan di dalam negeri itu meningkat," ungkap Sri.

Artinya, kata Sri, harus dipikirkan bagaimana menggenjot produksi migas agar kebutuhan dalam negeri bisa terpenuhi tanpa impor.

Sementara itu, Menteri BUMN Rini Soemarno memilih irit bicara setelah mengikuti sidang kabinet. Menanggapi teguran Presiden, Rini berjanji untuk mengevaluasi penyebab tingginya impor migas pada Mei 2019, sebagai penyumbang defisit perdagangan. Selain itu, Rini juga mengakui bahwa permintaan migas memang sedang tinggi sehingga impor pun cenderung ikut naik.

"Kalau ditegur mah enggak apa-apa. Ya kita harus lebih kerja keras mengingat impor kita turun, tapi lebih turun lagi ekspor kita. Migas kan memang kalau demand naik otomatis kita impornya banyak. Ya kita akan lihat kenapa bulan Mei naik," ujar Rini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement