REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2025 mengalami surplus sebesar 4,33 miliar dolar AS. Amalia mengatakan surplus tersebut berasal dari transaksi perdagangan sektor nonmigas senilai enam miliar dolar AS, sedangkan sektor migas defisit 1,67 miliar dolar AS.
"Selama Januari-Maret 2025, neraca perdagangan Indonesia juga mengalami surplus 10,92 miliar dolar AS dipicu oleh surplus pada sektor nonmigas sebesar 15,76 miliar dolar AS walaupun sektor migas defisit 4,84 miliar dolar AS," ujar Amalia dalam rilis berita statistik di Jakarta, Senin (21/4/2025).
Amalia menyebut surplus Maret 2025 sebesar 4,33 miliar dolar AS memang lebih tinggi dibandingkan surplus bulan sebelumnya, namun lebih rendah sedikit dibandingkan surplus Maret 2024. Kendati begitu, Amalia menyampaikan neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif sejak Januari sampai Maret 2025 tercatat surplus sebesar 10,92 miliar dolar AS.
"Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ucap Amalia.
Amalia mengatakan ekspor Indonesia pada Maret 2025 naik 5,95 persen dibanding Februari 2025, dari 21,95 juta dolar AS menjadi 23,25 juta dolar AS dan juga mengalami kenaikan secara tahunan sebesar 3,16 persen. Amalia mengatakan Cina menjadi negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar yaitu 22,29 persen pada Januari-Maret 2025.
"Komoditas utama yang diekspor ke Cina pada periode tersebut adalah besi dan baja, bahan bakar mineral, serta nikel dan barang daripadanya. Sementara itu ekspor ke kawasan ASEAN dan Uni Eropa pada periode tersebut kontribusinya masing-masing 20,29 persen dan 7,19 persen," kata Amalia.