Ahad 14 Apr 2019 04:20 WIB

Defisit Perdagangan Tinggi, Jokowi: Kuncinya Industrialisasi

Jokowi memastikan pemerintah telah berupaya untuk menekan impor.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Teguh Firmansyah
Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin mengikuti debat kelima Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin mengikuti debat kelima Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Cawapres 02 Sandiaga Salahuddin Uno sempat menyinggung defisit perdagangan Indonesia defisit hingga delapan miliar dolar AS dalam debat capres. Defisit membengkak karena melonjaknya impor.

Menjawab pernyataan itu, Jokowi mengatakan pemerintah pada awal tahun ini berupaya untuk menekan defisit neraca perdagangan.

Baca Juga

“Tahun 2018 memang neraca kita defisit delapan miliar dolar AS, tapi pada kuartal pertama tahun ini defisit turun 0,67 miliar dolar AS,” kata Jokowi di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4).

Jokowi menegaskan, pemerintah sudah berupaya mati-matian menekan defisit neraca perdagangan. Untuk memaksimalkan upaya tersebut, menurut Jokowi harus lebih banyak mengembangkan industri di dalam negeri guna menekkan impor.

“Kuncinya membangun industri di dalam negeri. Oleh sebab itu, ke depan tadi saya sampaikan industrialisasi, hirilisasi, kita buat dengan kebijakan,” ujar Jokowi.

Jokowi memastikan pihaknya juga sampai saat ini sudah mengupayakan menekan impor. Hanya saja, Jokowi merasa hasil dari upaya yang dilakukan saat ini tidak bisa didapatkan secara instan, tapis memerlukan waktu.

“Industri di dalam negeri harus dipaksa dengan kebijakan kita sudah lakukan pembatasan yaitu setiap spot sumber daya alam harus pakai LC sehingga tida ada transfer pricing antara kita dengan pembeli-pembeli yang ada di luar,” ungkap Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement