Sabtu 11 May 2024 22:50 WIB

AS Bakal Kenakan Tarif Baru pada Kendaraan Listrik

Harga kendaraan listrik dinilai bisa meningkat empat kali lipat.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
 Presiden AS Joe Biden.
Foto: EPA-EFE/ANNABELLE GORDON
Presiden AS Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Biden berencana mengenakan tarif baru yang besar pada kendaraan listrik, semikonduktor, peralatan tenaga surya, dan pasokan medis yang diimpor dari China. Kabar itu diungkap seorang pejabat AS dan orang lain yang mengetahui rencana tersebut.

Tarif kendaraan listrik dinilai bisa meningkat empat kali lipat dari yang saat ini berlaku sebesar 25 persen menjadi 100 persen. Rencana tersebut dijelaskan oleh orang-orang tersebut dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang memberikan rincian sebelum pengumuman resmi.

Baca Juga

Dilansir Reuters pada Sabtu (11/5/2024), tarif tersebut diperkirakan akan diumumkan pada Selasa pekan depan. Pengumuman akan dilakukan ketika para pejabat di pemerintahan Partai Demokrat menyatakan frustrasi atas kelebihan kapasitas produksi kendaraan listrik dan produk lainnya di China yang dianggap menimbulkan ancaman terhadap lapangan kerja dan keamanan nasional AS.

Berbagai negara industri termasuk Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa khawatir gelombang ekspor China yang berharga murah akan membebani manufaktur dalam negeri. Di pihak AS, ada kekhawatiran khusus bahwa produk energi ramah lingkungan China akan melemahkan investasi besar-besaran ramah iklim yang dilakukan melalui Undang-Undang Pengurangan Inflasi Partai Demokrat yang ditandatangani Presiden Joe Biden menjadi undang-undang pada Agustus 2022.

Tarif tambahan juga membawa dampak politik menjelang pemilihan presiden bulan November. Baik Biden maupun calon penantangnya dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, telah mengatakan kepada para pemilih kalau mereka akan bersikap keras terhadap Tiongkok, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan saingan geopolitik yang sedang berkembang.

Biden mendefinisikan kebijakannya sebagai persaingan dengan China, bukan konflik. Dia telah menerapkan strategi industri yang menggunakan dukungan keuangan pemerintah untuk menarik investasi swasta di pabrik-pabrik baru dan teknologi maju, sekaligus membatasi penjualan chip komputer dan peralatan lainnya ke Tiongkok.

Sedangkan Trump telah melontarkan gagasan untuk mengenakan tarif besar-besaran terhadap China guna mengurangi defisit perdagangan AS dengan negara tersebut. Dia telah berulang kali menyatakan bahwa dukungan Biden terhadap kendaraan listrik pada akhirnya akan menyebabkan lapangan kerja di pabrik Amerika berpindah ke China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement