Senin 05 Feb 2024 20:34 WIB

Faisal Basri: Debat Pamungkas Capres Antiklimaks

Capres disebut lebih memilih untuk bermain aman.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Capres dan cawapres nomor urut 1, 2 dan 3 Anies Baswesan dan Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (kiri-kanan) berfoto bersama usai mengikuti sesi Debat Kelima Calon Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (4/2/2024). Debat terakhir capres ini mengangkat tema besar yakni kesejahteraan sosial, pembangunan SDM, dan inklusi dengan subtema meliputi pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, kesejahteraan sosial, dan inklusi. Debat akan berlangsung mulai pukul 19.00 WIB dan akan dimulai dengan pemaparan visi-misi dan program dari capres nomor urut 2 Prabowo Subianto.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Capres dan cawapres nomor urut 1, 2 dan 3 Anies Baswesan dan Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (kiri-kanan) berfoto bersama usai mengikuti sesi Debat Kelima Calon Presiden Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad (4/2/2024). Debat terakhir capres ini mengangkat tema besar yakni kesejahteraan sosial, pembangunan SDM, dan inklusi dengan subtema meliputi pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, kesejahteraan sosial, dan inklusi. Debat akan berlangsung mulai pukul 19.00 WIB dan akan dimulai dengan pemaparan visi-misi dan program dari capres nomor urut 2 Prabowo Subianto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai debat terakhir atau debat pamungkas Pilpres 2024 pada Ahad (4/2/2024) malam jadi titik puncak di luar kebiasaan. Pasalnya, dalam empat debat sebelumnya para calon presiden (Capres) tampak saling menyerang, namun di debat pamungkas justru terlihat saling melengkapi argumen satu sama lain.

"Debat tadi malam tampaknya jadi titik puncak yang di luar kebiasaan, (debat) satu sampai empat ada perdebatan luar biasa, tapi (capres) saling melengkapi (argumen dalam debat semalam), saling mengisi kekurangan, sehingga bahasanya, kita kena prank nasional," ungkap Ekonom senior INDEF Ahmad Tauhid dalam diskusi publik "Tanggapan Atas Debat Kelima Pilpres" di Jakarta yang diikuti secara daring Senin (5/2/2024).

Baca Juga

Namun, lanjut Ahmad, dari perdebatan semalam akhirnya tampak secara nyata bahwa isu kesejahteraan, tenaga kerja, hingga disabilitas dan digital merupakan hal yang menarik untuk dikulik. Adapun yang menjadi pertanyaan bersama adalah, apakah perdebatan semalam melahirkan jawaban dan solusi atas permasalahan yang ada.

Hal senada diungkapkan Ekonom Senior Faisal Basri menyebut hal debat pamungkas semalam justru sangat antiklimaks. Lantaran para Capres memilih untuk bermain aman.

"Debat kelima ini adalah antiklimaks karena semua main aman. Semua sadar karakteristik orang Indonesia tidak suka sama orang yang nyinyir kayak saya ini. Mereka menjaga agar tidak terkesan nyinyir di debat. Padahal ini kaitannya dengan public policy (kebijakan publik)," kata Faisal.

Hadir dalam kesempatan yang sama, Data Analyst Continuum INDEF Maisie Sagita mengungkapkan, berdasarkan hasil riset INDEF, mayoritas warganet Indonesia menilai debat kelima capres 2024 adalah yang 'paling adem' dari empat debat sebelumnya.

Kesimpulan tersebut diperoleh dari analisis terhadap 74.356 perbincangan dari 54.170 akun di media sosial yang bersih dari buzzer. INDEF menggunakan menggunakan X atau Twitter, Youtube, dan TikTok untuk menganalisis data dari sejak debat Ahad (4/2/2024) malam hingga Senin (5/2/2024) pagi.

Debat terakhir atau debat pamungkas Pilpres 2024 digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada Ahad (4/1/2024) pukul 19.00 WIB. Sesuai giliran, Prabowo mendapat kesempatan berbicara pertama untuk memaparkan visi-misinya.

Tema besar debat kelima ini adalah kesejahteraan sosial, pembangunan SDM, dan inklusi. Adapun sub temanya adalah pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, kesejahteraan sosial, dan inklusi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement