Selasa 19 Mar 2019 18:49 WIB

Aset dan Pendapatan Pertamina Terus Meningkat

Pengalihan Blok Rokan membuat Aset Pertamina di Riau meningkat.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Budi Raharjo
Menteri BUMN Rini Soemarno bersana Dirut PT Pertamina Nicke Widyawati, bertemu ibu-ibu saat mengunjungi salah satu stand bazar rakyat dan pembagian solar non subsidi kepada masyarakat, Terminal BBM Siak, Pelabuhan Sungai Dukuh, Pekanbaru, Selasa (19/3).
Foto: Republika/Amri Amrullah
Menteri BUMN Rini Soemarno bersana Dirut PT Pertamina Nicke Widyawati, bertemu ibu-ibu saat mengunjungi salah satu stand bazar rakyat dan pembagian solar non subsidi kepada masyarakat, Terminal BBM Siak, Pelabuhan Sungai Dukuh, Pekanbaru, Selasa (19/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dirut PT Pertamina, Nicke Widyawati memastikan aset dan laba perusahaan yang dipimpinnya terus bertumbuh. Perusahan plat merah sektor minyak dan gas ini terus berkontribusi untuk negeri.

"Pertamina rugi itu bohong besar, malah semakin kuat, pendapatan dan aset semua meningkat," kata Nicke saat menghadiri HUT ke-21 BUMN di Pekanbaru, Selasa (19/3).

Ia menyampaikan Pertamina telah membukukan laba lebih dari 2 miliar dolar AS atau setara Rp 28 triliun sepanjang 2018. Perolehan nilai tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan pada periode yang sama. "Banyak berita seliweran, Pertamina rugi itu tidak benar. Keuntungan Pertamina di atas 2 miliar dolar AS," ungkapnya.

Nicke melanjutkan aset Pertamina di Riau juga bertambah dengan penyelesaian peralihan sumber minyak di Blok Rokan. Transisi pengelolaan dari Chevron Pacific Indonesia ke Pertamina sudah bisa dilakukan sejak tahun ini.

"Kita ambil alih dengan uang sendiri, walaupun kita operasikan 2021, melalui dukungan Presiden Jokowi kita sudah punya hak ambil minyak mentah Rokan sejak Januari tahun ini," paparnya.

Pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina juga akan menambah ke kas negara. Potensi penerimaan itu datang dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus dibayarkan Pertamina sebesar 784 juta dolar AS. Nilai PNBP itu juga diprediksi akan bertambah hingga 57 miliar dolar AS selama 20 tahun ke depan.

"Minyak Blok Rokan ini sebelumnya diekspor lalu dibeli Pertamina dan diolah Pertamina, dampaknya dengan beli minyak ini impor menurun 70 persen dibanding tahun lalu," ujarnya.

Kehadiran Blok Rokan juga berdampak pada pengelolaan devisa negara menjadi lebih efisien. Selain itu, masyarakat mendapatkan kualitas BBM terbaik dengan harga yang bersahabat.

"Minyak Rokan itu terbaik dengan menghasilkan produk Pertamax dan Pertamax Turbo yang bagus. Negara diuntungkan, Pertamina untung, dan masyarakat juga untung," tuturnya.

Selain Menteri BUMN Rini Soemarno, hadir dalam acara di Universitas Riau Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, Dirut PT Pertamina, Nicke Widyawati, Gubernur Riau Syamsuar dan Rektor Universitas Riau, Aras Mulyadi.

Amri Amrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement