Sabtu 29 Dec 2018 13:40 WIB

Kementan Dukung Purwakarta Tingkatkan Benih Hortikultura

Petani harus bermitra dengan produsen benih untuk mutu ekspor benih hortikulturar

Red: EH Ismail
Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi saat mengunjungi sentra produksi benih hortikultura di Purwakarta, Jumat (28/12).
Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi saat mengunjungi sentra produksi benih hortikultura di Purwakarta, Jumat (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus memacu berbagai daerah menjadi sentra produsen benih hortikultura berskala ekspor. Salah satu daerah yang didorong Kementan salah satu penghasil benih hortikultura adalah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

“Sentra benih hortikultura ternyata tidak hanya di Jawa Timur dan Jawa Tengah, tetapi juga Kabupaten Purwakarta sebagai sentra produsen benih hortikultura yang tersebar di lima kecamatan,”  kata Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi saat mengunjungi sentra produksi benih hortikultura di Purwakarta, Jumat (28/12).

Suwandi mengatakan, untuk meningkatkan mutu dan volume ekspor benih hortikultura, petani harus didorong tidak hanya pada aspek budidaya, tetapi juga agar menjadi penangkar yang bermitra produsen benih. Dengan begitu, mutu, perluasan pasar hingga ekspor dapat ditingkatkan.

“Ini dilakukan dengan menggunakan benih unggul, mengatur pola dan rotasi tanam serta pasca panen dan packaging yang memenuhi standar,” ujar Suwandi.

Menurut Suwandi, Purwakarta juga penghasil durian dan rambutan yang tersebar merata di banyak kecamatan. Sedangkan untuk buah manggis didorong terus untuk diekspor sehingga pangsa nya dulu 40 persen meningkat menjadi 50-60 persen diekspor dengan harga yang kompetitif.

Hadir pada kunjungan ini Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Purwakarta, Agus R Suherlan dan perwakilan dari PT Prabu Agro Mandiri, produsen benih hortikultura, Akik.

Agus mengatakan, Purwakarta memiliki topografi yang bervariasi sehingga menjadi sentra hortikultura di antaranya sayuran dan buah. Terdapat lima kecamatan yang memiliki potensi pengembangan sayuran dan buah-buahan yakni Wanayasa, Pondok Salam, Kiara Pedes, Bojong dan Darancang.

“Masalah perbenihan, Purwakarta sudah dikenal sebagai sentra produsen benih. Kita harapkan petani di Purwakarta tidak hanya bergerak di budidayanya tapi juga menjadi plasma sumber benih,” kata dia.

Terkait pemasaran hasil hortikultura, Agus menegaskan tidak ada masalah. Selama ini sudah dipasarkan wilayah sekitar bahkan petani saat ini sedang diupayakan untuk menjadi pelaku usaha juga yang dapat menampung hasil produksi untuk dipasarkan ke pasar modern hingga ekspor.

“Jadi sayuran dan buah-buahan nanti tidak hanya dijual ke pasar induk, tetapi juga ditampung sendiri oleh petani yang menjadi pelaku usaha. Di Purwakarta sudah ada beberapa eksportir, ini yang akan memberikan kemudahan bagi petani. Contohnya manggis, Februari akan panen sekitar 50 ribu ton,” ujarnya.

Luas lahan manggis di Purwakarta mencapai 1.400 hektare yang tersebar di lima kecamatan tersebut. Harga saat ini semakin bagus seiring dengan adanya dua eksportir peserta dua unit packaging house di dua kecamatan Darandang dan Purwakarta.

“Bila dulu harganya maksimal 12 ribu per kg, tapi sekarang untuk diekspor 28 ribu per kilogram,” ungkap Agus.

Sementara itu perwakilan PT Prabu Agro Mandiri, Akik menuturkan, pihaknya mendirikan pabrik di Purwakarta sejak 2012 dan memproduksi benih sebanyak 12 jenis komoditas dan 40 varietas yang sudah dilepas. Benih tersebut diantaranya oyong, gambas, paria, mentimun, kacang panjang, semangka, melon, jagung manis dan lainnya.

“Selama ini kami bermitra dengan penangkar benih di Jember, Bandung Barat, Ciamis dan menjajaki bermitra dengan penangkar di Purwakarta. Produksi benih sudah kami pasarkan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan sudah dikirim sampai Papua,” jelasnya.

Akik menyebutkan, jenis benih yang favorit diminati pasaran antara lain kacang panjang, paria, cabai rawit dan benih melon. Bahkan saat ini menanam melon di Cirebon yang hasilnya sangat menguntungkan.

“Biaya impasnya Rp 4 ribu per pohon bisa menghasilkan 2 buah per pohon dengan berat 2 sampai 4 kg dan harganya Rp 5 sampai 6 ribu per kilogram,” pungkasnya.

Perlu diketahui, berdasarkan data BPS, ekspor total hortikultura segar Januari hingga Agustus 2018 mencapai Rp 1,28 triliun, naik 27 persen dibanding Januari sampai Agustus 2017 yang hanya Rp 0,94 triliun. Sedangkan total ekspor hortikultura segar dan olahan Januari hingga Agustus 2018 mencapai Rp 287 triliun.

Untuk terus memacu volume ekspor, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan telah menetapkan prognosa produksi sayuran 2018 mencapai 12,9 juta ton atau naik 3,4 persen dibandingkan 2017. Prognosa untuk 2019 pun telah disiapkan, sehingga Kementan terus memperluas kawasan pengembangan hortikultura dan benih sayuran.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement