Jumat 14 Dec 2018 22:00 WIB

Tahun Depan, Pertumbuhan Investasi Asing Diprediksi Turun

Modal asing yang masuk ke Indonesia didominasi oleh portofolio.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Investasi (Ilustrasi))
Investasi (Ilustrasi))

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Bank Dunia memproyeksikan investasi akan semakin tumbuh tahun depan. Pertumbuhannya dinilai lebih baik dari tahun ini.

"Saya sependapat investasi tahun depan bisa lebih baik daripada tahun ini. Meski begitu saya tidak cukup yakin FDI (Foreign Direct Investment) akan meningkat signifikan," ujar Direktur Riset Center of Economics and Reform (CORE) Piter Abdullah kepada Republika.co.id, Jumat, (14/12).

Ia menjelaskan, setidaknya dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan investasi lebih didorong investasi dalam negeri. Sementara untuk pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) cenderung menurun.

Kecenderungan ini, kata dia, menunjukkan Indonesia kalah bersaing dengan negara-negara tetangga dalam menarik investasi PMA atau FDI. "Aliran modal asing yang masuk ke Indonesia didominasi oleh portofolio atau hotmoney yang justru membuat perekonomian kita vulnerable atau rentan," kata Piter.

Menurutnya, banyak faktor yang masih menjadi kendala masuknya FDI. "Memang izin prinsip PMA ke BKPM selama tiga tahun terakhir melonjak drastis. Artinya asing sebenarnya tertarik utk masuk ke indonesia," ujar Piter.

Hanya saja dari sekian banyak izin prinsip PMA yang diberikan oleh BKPM, kata dia, hanya sekitar 30 persen bisa direalisasikan. Artinya banyak kendala realisasi investasi PMA.

Di antaranya permasalahan perizinan, pembebasan lahan, perburuhan, sampai ke  ketersediaan bahan baku. Kemudian OSS yang diharapkan menjadi solusi perizinan justru menjadi penyebab menurunnya pelayanan perizinan.

"Berbagai permasalahan ini secara umum masih ada, belum banyak yang bisa diselesaikan di tahun 2019. Jadi meski akan membaik saya meyakini pertumbuhan investasi tidak akan melonjak signifikan di 2019," kata dia.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menambahkan, tahun depan akan lebih andalkan PMDN untuk dorong investasi karena tingkat kepercayaannya relatif tinggi di tahun politik. "Sementara untuk PMA lebih lambat seiring kehati-hatian investor asing masuk ke negara berkembang di tahun politik," ucap dia saat dihubungi Republika.co.id, Jumat, (14/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement