Jumat 30 Nov 2018 06:17 WIB

Menperin Buktikan Efektivitas Tax Holiday

SRI perusahaan pertama yang mendapat persetujuan untuk tax holiday.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (batik kuning) meresmikan pabrik karet sintetis pertama di Indonesia, Kamis (29/11). Pabrik milik PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) yang terletak di Cilegon, Banten ini difokuskan untuk ekspor.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (batik kuning) meresmikan pabrik karet sintetis pertama di Indonesia, Kamis (29/11). Pabrik milik PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) yang terletak di Cilegon, Banten ini difokuskan untuk ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Pabrik karet sintetis milik PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) merupakan salah satu hasil investasi yang datang menggunakan kebijakan insentif fiskal tax holiday. Nilai investasinya mencapai 435 juta dolar AS dengan lima tahun mendapatkan pembebasan pajak dan dua tahun berikutnya dikenakan pajak lebih rendah 50 persen. 

SRI merupakan gabungan hasil kerja sama Michelin dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dengan kepemilikan saham masing-masing 55 persen dan 45 persen. Perusahaan ini memproduksi dua karet sintetis, yakni Polybutadiene rubber dan Solution Styrene Butadiene Rubber.

Corporate Secretary PT Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan, SRI dapat dikatakan sebagai perusahaan pertama yang mendapat persetujuan dari kementerian untuk tax holiday. "Sebagai perusahaan yang berusia lima tahun, insentif ini memberi dampak positif besar," tuturnya dalam acara peresmian pabrik di Cilegon, Banten, Kamis (29/11).

Suryandi menuturkan, tax holiday membantu perusahaan baru untuk membantu mengelola keuangan. Sebab, pembiayaannya cenderung lebih rendah karena jumlah pajak yang perlu dibayarkan akan lebih rendah. Ini akan memicu perusahaan untuk semakin berkembang.  

Suryandi menjelaskan, kerja sama dengan Michelin dalam pembangunan pabrik karet sintetis SRI ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk menambah nilai tambah produk. Teknologi Michelin mengubah butadiene, salah satu produk Chandra Asri, menjadi karet sintetis.

Chandra Asri merupakan perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia yang diyakini menjadi tulang punggung dalam membangun industri di negeri ini. Tahun ini Chandra Asri memenuhi 30 persen permintaan pasokan petrokimia dalam negeri.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, kehadiran SRI menjadi bukti bahwa insentif fiskal menjadi solusi efektif dalam menarik investasi ke dalam negeri. "Ini membuktikan juga bahwa iklim berbisnis dan investasi di Indonesia masih sangat bagus," ujarnya.

Dengan kehadiran pabrik karet sintetis ini, Indonesia sudah memiliki industri manufaktur untuk bahan baku ban yang lengkap. Ada karet alam, carbon black yang juga sedang dilakukan ekspansi, tire core dan silika. Airlangga menjelaskan, hal ini menggambarkan, Indonesia mampu menjadi pusat manufaktur komponen ban yang berdaya saing tinggi.

Menurut Airlangga, industri karet sintetis penting dikembangkan seiring meningkatnya kebutuhan di sektor industri. Karet sintetis banyak dimanfaatkan untuk memproduksi ban, conveyor belt, komponen karet, alas kaki, serta pembungkus kabel listrik.

Kebutuhan karet sintetis di dalam negeri mencapai 230 ribu ton, sementara kapasitas produksi saat ini sebesar 75.000 ton. Sehingga pemenuhan kebutuhan saat ini melalui impor.

SRI menargetkan kapasitas produksi Polybutadiene Rubber dan Solution Styrene Butadiene Rubber sebesar 120.000 ton per tahun. Pabrik ini memiliki fleksibilitas tinggi dengan kemampuan untuk menyesuaikan ragam bauran dalam rangka memenuhi permintaan.

Untuk dapat memenuhi standar manufaktur, Michelin juga menyediakan pelatihan dan dukungan bagi para tenaga ahli SRI dari Indonesia. Mereka dikirimkanke pabrik karet sintetis Michelin lainnya di Perancis dan Amerika Serikat. Dengan cara ini, mereka dapat mengembangkan kompetisi lokal sekaligus mendukung perkembangan daya saing nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement