REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan Perjanjian Perdagangan Preferensial Indonesia–Tunisia (Indonesia–Tunisia Preferential Trade Agreement/IT-PTA) rampung dan bakal ditandatangani pada Januari 2026.
"Saya ingin menyampaikan bahwa perjanjian dagang dengan Tunisia nanti rencananya Januari kita akan tanda tangani. Sebenarnya, ini hanya masalah waktu saja, tapi perjanjiannya sudah selesai,” kata Mendag Budi dalam pembukaan Strategic Forum “Perluasan Pasar Ekspor ke Peru dan Tunisia: Potensi, Peluang, dan Tantangan IP-CEPA dan IT-PTA” di Jakarta, Selasa (25/11/2025).
Adapun cakupan perjanjian ini antara lain pembukaan akses pasar barang, termasuk penurunan dan penghapusan tarif, serta pengaturan nontarif seperti sejumlah standardisasi, anti-dumping, imbal dagang, serta prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan.
IT-PTA, lanjut Mendag, memiliki peluang diversifikasi dan perluasan pasar ekspor Indonesia ke kawasan Afrika Utara dan Mediterania.
Hal ini tecermin dari kinerja perdagangan Indonesia–Tunisia pada tahun lalu yang cukup baik, dengan total perdagangan senilai 169,3 juta dolar AS, total investasi senilai 1,1 miliar dolar AS, dan ekspor Indonesia ke Tunisia meningkat 0,9 persen dari tahun 2023.
Selain itu, IT-PTA juga diharapkan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar Tunisia serta peluang ekspor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui tarif preferensial, serta memperkuat kerja sama bilateral dan menjadi landasan kerja sama perdagangan yang lebih luas.
Untuk itu, Mendag Budi mendorong para pelaku usaha untuk memanfaatkan peluang ini sebaik-baiknya agar kinerja positif ekspor tetap terjaga.
"Nah, kita ingin semua perjanjian, baik dengan Peru, Tunisia, atau dengan (negara) mana pun, itu harus segera dimanfaatkan dengan baik,” kata Mendag.
Sementara itu, Indonesia saat ini telah mengupayakan perluasan pasar global yang sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap keterbukaan perdagangan dan kerja sama ekonomi.
Beberapa perjanjian dagang internasional telah dibuat dan disepakati, antara lain dengan Uni Eropa, Kanada, Eurasia, hingga Peru.
Mendag Budi menambahkan bahwa nilai ekspor Indonesia periode Januari–Agustus 2025 meningkat sebesar 7,72 persen mencapai 185,13 miliar dolar AS dibandingkan periode sebelumnya pada 2024.
Selama periode ini, Indonesia turut mencatat surplus perdagangan sebesar 29,14 miliar dolar AS dengan mempertahankan surplus selama 64 bulan berturut-turut.
"Kita tunggu sampai Desember (tahun ini), mudah-mudahan (kinerja ekspor) tetap konsisten di atas 7,1 persen," ujar Budi.