REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi pasar modal kini sedang fluktuatif atau bearish. Padahal sejumlah perusahaan berencana melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) dalam waktu dekat hingga tahun depan.
Salah satunya BNI Syariah (BNIS). Anak usaha Bank Negara Indonesia (BNI) itu ingin melakukan IPO pada 2019, hanya saja masih dalam kajian internal perusahaan.
Direktur Bisnis BNI Syariah Dhias Widhiyati mengatakan, IPO merupakan salah satu alternatif pertumbuhan anorganik. "Ada beberapa scenario alternatives pertumbuhan anorganik lain yang masih mungkin untuk kami pertimbangkan," kata dia, kepada Republika.co.id, Ahad, (9/9).
Kata dia, opsi IPO sendiri hingga saat ini masih dikaji. "Baru untuk kemudian kami ajukan ke pemegang saham," ucapnya.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menambahkan, seluruh keputusan aksi korporasi ada di pemegang saham. "Termasuk keputusan IPO ada di pemegang saham atau BNI induk," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad, (9/9).
Sebelumnya ia mengatakan, penting bagi BNI Syariah mendapatkan akses ke pasar modal demi pendanaan di masa depan. Selain itu, menurutnya juga dapat meningkatkan tingkat transparansi dan akuntabilitas perusahaan.
Sebagai informasi, pada kuartal II 2018, laba bersih BNIS mencapai Rp 202,9 miliar. Angka itu naik 23 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 165,1 miliar.