Rabu 21 Feb 2018 18:18 WIB

Sukuk Ritel Dinilai Masih Jadi Investasi Prospektif

Pemerintah meluncurkan sukuk ritel seri 010.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Sukuk Ritel
Foto: .
Sukuk Ritel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menerbitkan surat berharga syariah (sukuk) dengan seri Sukuk Ritel 010 awal tahun ini. Kementerian Keuangan menunjuk 22 agen agen penjual SR 010. Sukuk ritel tersebut dinilai masih menjadi instrumen investasi yang prospektif.

Peneliti Ekonomi Syariah SEBI School of Islamic Economics, Aziz Setiawan, mengatakan, sukuk ritel merupakan bagian dari sukuk yang diterbitkan pemerintah dan sifatnya ritel. Aziz memperhatikan, tahun-tahun sebelumnya prospek sukuk ritel bagus, di mana permintaan di pasar sangat besar.

"Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya selalu oversubscribe," kata Aziz saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (21/2).

Aziz menjelaskan, kondisi masyarakat saat ini memang sedikit menahan konsumsi, tapi kemudian lebih banyak menabung dan berpikir tentang investasi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang bertahan di angka 5 persen salah satunya karena konsumsi masyarakat tidak terlalu tinggi. Hal itu disebabkan masyarakat lebih suka menyimpan uang dan investasi.

Menurutnya, berdasarkan proyeksi lembaga riset dan para ekonom, ekonomi 2018 menunjukkan tren yang lebih baik. Hal itu dinilai akan menjadi faktor permintaan sukuk ritel akan prospektif. Hal ini karena kondisi masyarakat juga tidak ada guncangan berarti. "Demand (permintaan) akan besar dan membuat permintaan masyarakat yang kelebihan dana di sebagian kelompok mereka akan investasi di sukuk, " ujarnya.

Aziz menambahkan, bagi pemerintah, sukuk merupakan bagian diversifikasi pendanaan untukmembiayai APBN berkaitan dengan ekspansi fiskal yang dibuat pemerintah dan program sosial masyarakat yang membutuhan pendanaan besar. Sukuk ritel akan menjadi opsi bagi pemerintah untuk menerbitkan beberapa seri tahun ini.

Seri 010 telah diluncurkan pada awal tahun tapi masih ada kesempatan pada bulan-bulan berikutnya untuk menerbitkan beberapa seri lagi. Di samping itu, defisit APBN yang diperkirakan mencapai Rp 200 triliun sampai Rp 300 triliun membutuhkan pendanaan dari sumber lain. "Dan selama ini pasar sukuk itu demand-nya sangat bagus, itu menjadi opsi yang dibuka pemerintah untuk dibuka pendanaan baik whole sale maupun ritel," ucapnya.

Sementara bagi masyarakat, instrumen investasi sukuk memberikan return atau keuntungan lebih menarik dibandingkan menyimpan dana di deposito. Imbal hasil sukuk bisa mencapai 7-8 persen, jauh di atas deposito yang berada di kisaran 4 persen. "Karena sukuk diterbitkan pemerintah jadi termasuk investasi low risk karena sepenuhnya ditanggung pemerintah, dibandingkan investasi syariah yang lain. Ini membuat prospek sukuk ritel selalu menarik," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement