Jumat 02 Feb 2018 10:09 WIB

Harga Beras Ikut Sumbang Inflasi di Kawasan Lumbung Padi

Harga beras menjadi salah satu penyebab inflasi di Priangan Timur.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Pedagang menunjukan beras premium di salah satu agen penjual beras di Pasar Palmerah, Jakarta, Kamis (1/2).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang menunjukan beras premium di salah satu agen penjual beras di Pasar Palmerah, Jakarta, Kamis (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya Heru Saptadi merasa kaget dengan inflasi di Priangan Timur (Priatim) yang masih cukup tinggi. Apalagi salah satu komponen penyebab inflasi ialah beras. Padahal, wilayah tersebut termasuk produsen beras di Indonesia.

Ia menyampaikan potensi ekonomi di Priangan Timur terletak pada sektor pertanian, khususnya beras. Tapi ia menilai belum maksimalnya konektivitas setiap daerah hingga beras tetap menyumbang angka inflasi.

"Menjadi sebuah anomali jika Priatim sebagai produsen beras tapi kelangkaan dan beras mahal masih terjadi. Kami pikir masalahnya ada pada konektivitas perdagangan antar daerah yang belum maksimal," katanya kepada wartawan, Kamis (1/2).

Ia menyebut BI sempat menggelar forum diskusi grup yang melibatkan pemerintah daerah-daerah di Priatim. Keputusan yang diambil dalam forum ialah nantinya tiap daerah punya neraca defisit-surplus tiap komoditas minimal 9 bahan pokok.

"Dari sana, kami bisa sambungkan antara petani, pelaku usaha dan birokrat sebagai fasilitator. Mudah-mudahan dengan sinergi antara ketiganya ini bisa memitigasi perberasan di priangan timur," ujarnya.

Berdasarkan data BI, angka inflasi di Priatim menyentuh angka 3,88. Angka ini relatif lebih tinggi dibanding inflasi Jabar dan nasional. Salah satu sumbangan inflasi yang cukup tinggi itu dari beras.

"Sumbangan tertinggi untuk inflasi di priatim ini ada pada telur, ayam, daging ayam dan beras," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement